Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Personality Profile of ghaniyyatul khudri

Personality Profile of ghaniyyatul khudri

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

sms ayah....


Singgalang, Sabtu, 03 Desember 2011
SMS Seorang Teman
Khairul Jasmi

“Assww, hamba tidak sekuat Ibrahim AS, yang ikhlas luar biasa tatkala Allah SWT mau ambil anaknya Ismail yang baik, cakap, saleh dan cerdas. Tapi agaknya pandangan Ibrahim terhadap anaknya mungkin seperti pandanganku terhadap anakku Wildan Mujahidil Khudri. Wildan santun, baik hati, penyayang, penolong, menjaga hati orang lain, saleh, sifat-sifat yang diwarisi dari uminya, istriku tercinta. Dia motivatorku, inspiratorku dan investasi bagiku. ternyata setelah 17 tahun dia bersama kami, dia diambil oleh Yang Maha Memiliki, mudah-mudahan dia jadi investasi akhirat kami, sekarang obsesi tertinggi berkumpul bersama dia di jannah yang tinggi”
Saya lama terdiam setelah membaca SMS, Khudri ini. Wartawan Singgalang dan salah seorang pejabat di Agam itu, baru saja kehilangan anak bujangnya. Ia meninggal dunia, setelah sebuah mobil pecah ban menabrak anaknya yang sedang naik motor.
Khudri menggambarkan kepribadian anaknya dan menyatakan semua itu pantulan dari sifat uminya, ibundanya.
Hari ini, nyaris tidak ada lagi orang memanggil umi pada ibunya. Umi dari bahasa Arab yang berarti ibu. Hari ini, tentulah ibu, mama, mami atau bunda, tergantung mana yang enak menurut keluarga itu.
Saya tidak mengambil kesimpulan bahwa umi atau bunda atau yang lain lebih hebat dari panggilan lainnya. Yang menarik justru saat-saat menjatuhkan pilihan.
Panggilan pada orangtua tidak ditetapkan oleh anak, tapi oleh orangtua itu sendiri, seperti juga nama. Saat menjatuhkan pilihan itu, biasanya terjadi diskusi antara suami dan istri.
Akan halnya anak Khudri yang telah tiada itu, memanggil umi karena diajari sejak kecil. Saya juga diajari oleh umi saya memanggilnya Ummi, hingga sekarang, anak saya pun memanggil Ummi pada umi saya. Seharusnya nenek.
Selain panggilan umi, saya juga lama terdiam oleh beberapa kata dalam SMS Khudri tersebut. Inilah untuk pertama kali saya menerima SMS semacam itu, meski sebelumnya ada juga teman saya kehilangan anaknya.
Ada kesan kuat dalam SMS tersebut, Khudri dengan sigap dan sepenuh hati meyakini semuanya atas kehendak Allah. Dia memang alim, terutama sejak beberapa tahun belakangan. Shalatnya lama, doanya panjang, berbeda dengan saat kuliah dulu, bandelnya minta ampun.
Saat takziah ke rumah duka, saya menyaksikan Khudri tampil sangat dewasa, sesuatu yang membuat saya menjadi kecil tiba-tiba. Istrinya, bukannya berurai air mata, tapi menyesali, bahwa ia tak sempat menghidangkan minuman untuk kami.
Saya menguping, seorang pejabat Agam berbicara. Ketika istri si pejabat menelepon istri Khudri. “Istri dinasihati agar tabah, luar biasa tabahnya dia,” kata si pejabat. Ia kagum atas sikap istri Khudri tersebut.
Saya berpikir ulang tentang sebab-sebab kematian. Ajal memang tak bisa dicampuri oleh siapa pun. Tapi sebab musababnya bisa kita diskusikan. Anak teman saya itu meninggal dunia, karena kecelakaan lalulintas.
Indak dapek sarampang padi
batuang dibalah ka paraku
indak dapak sakahandak ati
kandak Allah nan balaku
Khudri akan ditunggu anaknya di surga. (*)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

wildan mujahidil khudri (versi ayah)







Pulangnya Pemuda Surga; Ketika lahir sendiri (tanpa bidan) 31 Oktober 17 tahun lalu siang pukul 12.00 siang kakaknya Ghaniyyatul Khudri (yaya) meneriakkan kepadaku yang bergegas menuju rumah kami, "yah, adik yaya lah lahia, laki-laki , putih, rancak!" Aku bahagia dan bersykur, setelah ku azankan, aku buka Alquran, kutemui kalimat "Wildan Mukhalladun" terjemahannya Anak Muda Sorga Yang Tetap Muda. Hati ini tergerak mengambil kalimat itu untuk jadi nama putra ku yang baru lahir. Nama itu aku tambahkan dengan Mujahidil, dengan doa dia akan menjadi pejuang kebaikan. Kami didiklah ia dengan penuh suka cita, Wildan tumbuh dan berkembang, kami bertekad anak-anak harus dibekali dengan 'spirit' keilahian. Kami salat berjamaah, nyaris setiap waktu. Tamat Sekolah Dasar Wildan masuk pesantren Sabbihisma, tiga tahun belajar tingkat SMP Islam yang telah menanamkan dasar keilahian, test ke SMA Padang Panjang, namun lulus di SMA Cendekia, tapi Wildan memilih di SMA 2 Lubuk Basung karena sangat ingin berdekatan dengan ayah dan uminya. Selama hampir tiga tahun Wildan bersama kami, hari-hari rutinpun kami lalui, ada ceria, bahagia, ketawa, garah-garah, kadang cemberut bahkan bentakan ayah dan uminya, namun kami mengira Wildan adalah masa depanku, dia investasi kami. Sejak SMP aku sudah melebihan Wildan, masuk 10 besar di kelas IPA, tapi Wildan bukan itu prestasi Wildan yang sesungguhnya. Dia anak yang disukai banyak sahabatnya, walau awalnya aku tidak percaya dia bilang punya banyak 'fans', dia anak yang sopan dan suka senyum, suka menolong dan bersahabat lintas kelas, dia imam salat zuhur dan salat, Wildan sering mengomandoi kawan-kawan untuk salat, entah apa lagi cerita yang disampaikan kepadaku.. Diantara cerita yang mencengangkan adalah, jelang meninggalkan sekolah untuk kekantor camat Lubuk Basung rekam KTP, Wildan menyalami kawan-kawan jurusan IPS sebanyak empat kelas dan kemudian pergi sambil melambaikan tangan , daaag... Wildan Pai Lai Yo....!, Ternyata Wildan tidak pergi begitu saja, dia pamit baik-baik, termasuk dengan aku ayahnya, setiap selesai salat jamaah sebagaimana biasanya, tanganku dicium dan aku membalas dengan mencium kepala sambil memeluk tubuh mungilnya. Namun dua minggu terakhir pelukanku dibalas Wildan dengan pelukan yang penuh arti, terasa nyaman di hati ini... Wildan sayang.. ayah dan umi sangat ikhlas nak.. Allah pasti lebih sayang padamu....,Selamat Pulang Pemuda Sorga, lambain tangan ribuan? atau ratusan pelayat melepasmu bak seorang mulia nak...Sampai Jumpa... Ayah, Umi, Yaya merinduimu,, tunggu kami ya...? Syahidmu akan me lempangkan jalan semua , saudara, keluarga, sahabat, guru, semua orang yang bersimpati padamu menuju Haribaan Allah..Amiiin... Ya Rabbal aalamin..
Top of Form
Like ·  · Share · November 19 at 11:33am · 

Bottom of Form

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

wildan mujahidil khudri (versi kakak)


Rasa itu ada disini, buncah, hilang, terbang, mengembang, sesak, timbul, merekah, gaduh, lebur, menyempit memenuhi rongga-rongga semu, menelusuri pori-pori maya…… dan akhirnya sama, tidak mengerti tentang rasa itu…

Sampai sekarang perasaan kaget itu tidak terdefinisi, pertama kalinya hadir dalam 19 tahun hidup ku, dan kau lah penyebabnya.
Pertama kalinya tangis itu pecah lepas dan kosong untuk beberapa saat, mengingat kekuasaan Pencipta kita, menyebutNya, menenangkan jiwa, mengajak logika berkompromi bahwa meski saat ini jarak tempuh nangor-lubuk basung tidak lagi berlaku bagimu, tapi masih bagiku. Kuharap kau mau menunggu esok hari saat matahari naik sepenggalah. Aku akan datang…..
Kau tahu penantian esok tak menenangkan ku sama sekali, berkali-kali perasaan itu terhempas dan kebas.
JanjiNya bahwa akhir itu lebih baik dari permulaan. Bahwa hanya Dia yang memiliki rencana paling sempurna, dan rencanaNya lah yang terbaik. Bahwa dunia tidak menjanjikan kehidupan terbaik jika kau terlena, Dia lah yang  Maha Mengetahui. Aku percaya itu, aku pegang teguh.
Burung besi itu membawaku mendekatimu, pikiranku antara kosong dan bingung. Benda beroda empat itu bergetar hebat berpacu secepatnya dengan jarum waktu.
Benda komunikasi yang berhasil mengalahkan jarak bergetar sering ditanganku. Apa peduliku? Sinyal ku sibuk… sedang berusaha menghubungi melalui satu-satunya jalur komunikasi yang tersedia mulai saat ini antara kita. Melalui Allah, rabb sekalian alam, penguasa tunggal duniaku dan duniamu. Aku ingin bertanya padaNya, tentang keadaan mu? Apakah kau sudah nyaman di sisinya? Aku ingin tahu apa pendapatmu tentang dunia yang pernah kau lalui? Sibuk bertanya seberapa sayang Yang Maha Penyayang itu padamu, sehingga dia mengambilmu kembali begitu cepat, tak tega meninggalkanmu dalam dunia yang maya ini begitu lama. Ingin bertanya apakah kau mendengar yassin dan as- sajaddah yang kukirimkan, alfatihah yang kulantunkan lirih? Atau jangan-jangan kau sibuk menertawai makhraj dan tajwidku yang berantakan?
Persis ketika matahari naik sepenggalah aku menapakkan kaki dengan terburu-buru, bahkan sebelum mobil benar-benar terparkir sempurna. Dek, halaman rumah tempat kita bermain dari kecil dipenuhi lautan manusia. Kebanyakan mereka kuyakin adalah teman-temanmu, sebab mereka berseragam abu-abu. Ah, bukankah sekarang tahun terakhimu mengenakan seragam abu-abu. Seragam yang kau kenakan saat kejadian naas itu, seragam yang menyerap merah darahmu dengan sempurna.
Ah bukan itu yang aku pikirkan saat itu, tergesa dan kosong, menggigil menahan dentuman aneh yang menyesak dibalik rusuk. Kaki itu tak lemah sedikitpun tapi anehnya seperti tak menapak, melayang, mengambang.
Dek… ditengah lautan orang-orang, ada kau, ah aku belum melihat wajahmu saat itu. Tapi aku yakin kaulah yang tertidur tenang dibalik kain putih itu. Ayah, ummi duduk bersampingan di bagian kakimu. Wajah mereka sedih, terluka dan kehilangan.
Kakak menghambur ke depan mereka,Dan, menciumi tangan ayah, menahan tangis, mengulas senyum, memeluk ayah, memeluk ummi, gemetar, tersenyum.
Setelah itu baru giliranmu, untuk pertemuan jasad kita untuk yang terakhir kalinya di dunia. Kain putih yang menutupi wajahmu disingkap. Disana ada wajahmu pucat, kaku, diam, tak bergerak. Ada luka lecet di bibir mu yang membiru, dan mata kanan. Tidurmu kali ini berbeda dengan tidurmu yang sebelumnya, kau terlihat….tak hidup……
Dek, kakak mengusap wajahmu, sungguh berbeda dengan apa yang telah tersimpan dalam memori. Tak seperti biasa, asing. Wajahmu kaku sudah, dingin…benar-benar…kaku. Kubisikkan padamu pertanyaan. ‘apakah kau sudah bertemu Tuhanmu?’ ‘bagaimana keadaan disana?’ ‘apakah kau tenang disisiNya?’
wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoiNya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hambaKu. Dan masuklah kedalam syurgaKu*!’. Kuharap itu panggilan untukmu dek. Kalau harapanku benar adanya, kumohon carikan tempat yang cocok untukku disana, tunggu kakak disana.
Saat itu pikiranku simpang siur tiba-tiba, jiwaku merapuh. Perasaanku mengacaukan logika-logika bahwa, rencana Allah lebih baik. Tapi kau begini berbaring di depanku. Apa artinya itu? Kau tak lagi hidup? Kau tak lagi kasat mata? Apakah itu benar? tidak akan ada lagi Wildan adikku yang sering tersenyum nakal, yang selalu mau berbagi, tidak ada lagi wildan yang usil, yang lembut hatinya. Yang selalu mau memboncengi kakaknya kemanapun dengan sepeda motor kesayangannya. Yang sangat suka biscuit dan roti tawar. Yang selalu heboh bertanya kakaknya mau hadiah apa, tapi sang kakak tak kunjung mau menjawab. Yang pernah mengatakan ingin jadi pemain bola, pengusaha terkenal sekaligus menjadi presiden. Yang memarahi kakaknya yang jalannya gak nyantai. Yang paling suka main badminton. Yang paling suka kalau kakaknya berdiri di belakangnya ketika dia main soccer di komputer (game yang yaya paling gak ngerti). Orang yang pertama kali ngajarin kakak megang stir, menginjak gas, rem (hey…kakak masih belum bisa nyetir). Yang paling sebel kalau kakaknya melet, dan heboh sendiri. yang paling malas ngambil nasi sendiri. yang paling sayang sama adik-adik sepupunya. Yang paling suka menasehatin orang lain. Yang paling suka kalau kakaknya pulang karena bakalan banyak makanan. Yang tidak suka kalau dibeliin pakaian mahal. Yang gak banyak pengennya, sampai-sampai ayah ummi gatal pengen beliin sesuatu. Yang kalau mau sesuatu dia gak pernah mau memberatkan ayah dan ummi. Yang paling suka baca novel, buku cerita, sirah nabawiyah, komik, koran…. Dan yang..yang..yang lainnnya..
Maaf kalau air mata kakak mengalir hanya karena mengenang hal itu, hanya karena mengingat kau tak akan muncul lagi di masa depan dalam kehidupan dunia. maaf dan, itu mungkin hanya keegoisan kakak. Mungkin hati kecil kakak berharap agar wildan selalu ada di dunia ini. Wildan yang Selalu berusaha menjadi seorang saudara laki-laki, bukan sebagai adik. karena menurutmu wildan adalah seorang anak laki-laki, Yang selalu berusaha melindungi kakaknya, menjaga kakaknya…
Dan… sejak 2 tahun terakhir akhirnya kakak mengakui untuk pertama kali, wildan udah gede. Bukan adik kecil kakak lagi yang pasrah kalau rambutnya diacak-acak. Dua tahun terakhir wildan adalah saudara laki-laki kakak yang udah dewasa. Yang udah bisa diajak ngomong, bukan hanya hanya main..
Dan….., saat ini kakak sempat iri pada wildan, untuk pertama kalinya sejak wildan dilahirkan…
Dan….., kakak iri karena ternyata Allah lebih sayang pada Wildan, menjauhkan Wildan dari dunia yang penuh godaan, cobaan. Mengambil Wildan disaat orang-orang benar-benar menyayangi Wildan. dan semoga mengabulkan do’a ayah dan ummi saat memberi nama wildan. semoga wildan sudah menjadi pemuda yang selalu muda di syurga, di kediaman Allah SWT.
 Maaf kalau kakak tidak lagi bisa membantu banyak, mungkin hanya do’a dek…. Mungkin juga itu yang paling dan butuhkan saat ini. Jangan lupa, kakak tag tempat di syurga ya, Dan..

Karena kau lahir dengan senyumku, karena itulah aku ingin melepasmu dengan senyumku, dari kakakmu untuk pemuda syorga yang selalu muda dalam keabadian…
wildan SMP

wildan ramadhan 2 tahun lalu

wildan dengan 2 dengan 2 sepupunya

always the way he is





dengan senyum nakalnya

wildan saudara laki-laki yaya

pemuda sorga

Add caption

his smile....
tepat 1 tahun sebelum wildan menuju penciptanya (found this in his friend blog's)



his last message to me

in his birthday
status fb wildan (found it in his friend blog's)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

aku pengen Pacaraaannn...!!!!

(copas dari alif, saudaraku 1 dari 60 bintang)


Diary Perasaan Alif Terhadap Sesuatu yang Bernama Cinta

Dalam tulisanku yang perdana –dalam masalah cinta- ini aku ingin terus terang kalau aku ingin merasakan fase remaja dimabuk asmara atau lebih populer dengan sebutan pacaran.

AKU PENGEN PACARAAAAN! Tapi aku punya permasalahan dengan kalimat barusan. Pacaran bukanlah jalan yang aman untuk ditempuh, karena kita sama-sama tau kalau pacaran bukan budaya muslim dan dilarang oleh agama kita, Islam rahmatan lil ‘alamin.

Siang tadi, saat latihan Karma di Ladang Kurusetra (pentas untuk FKI 2011 di Solo), aku melihat dua pasang sejoli yang sedang bercengkrama, mereka adalah Sammy & Martina dan Ira & Oji. Sepertinya asik ya kalau pacaran. Bisa pegang-pegangan, ada yang ngasih semangat, ada yang memperhatiin, ada yang selalu disamping kita saat dibutuhkan, ada yang menguatkan saat kita sedang down, tempat berbagi, tempat melepas resah dan gundah, dan berbagai alasan (pembenaran) lainnya.

Tidak dapat dipungkiri, tentu saja sebagai pria yang normal, seorang pria yang memiki kromosom XY, aku menyukai sesosok makhluk yang diciptakan dengan kelemahlembutan dan keindahan, yaitu wanita. Tapi permasalahannya adalah bagaimana caraku untuk menyalurkan perasaan cintaku itu pada sesuatu atau seseorang, padahal kita atau kami belum punya ikatan apa-apa.
Secara teknis Islam hanya membenarkan hubungan dua insan non mahram ikhwan dan akhwat dalam satu ikatan yang disebut dengan PERNIKAHAN.

Nah, ngomong masalah pernikahan, kita juga sudah sama-sama tahu, pernikahan itu punya hukum masing-masing, dilihat dari situasi dan kondisi.
Halal apabila udah nggak tahan dan sudah mampu nafkahin anak orang Sunat jika masih mampu nahan, tapi dah tergolong mampu dalam menafkahi pasangan Makhruh jika udah kepengen, tapi belum bisa ngasih nafkah ama pasangan Dan haram jika nikah dg niat menyakiti pasangan
Jika dilihat dari sudut kemanusiaan, aku masuk ke dalam kategori makhruh, dan harus melakukan apa yang sudah dibilang dalam hadist yang diriwayatkan oleh om Bukhari:
“Wahai segenap pemuda, barangsiapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah kawin. Sesungguhnya perkawinan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu seksual, tapi barangsiapa yang belum mampu hendaklah dia berpuasa karena (puasa itu) benteng (penjagaan) baginya” (HR. Bukhari)

Berarti, tentu saja aku harus berpuasa agar gejolak dalam jiwa nggak lepas kesana kemari kayak anak Alay (lho?). akhirnya ku coba untuk berpuasa. Hm... puasa ternyata ampuh juga.
Setelah nafsu ku berhasil ku kendalikan, akhirnya Alif Rahmadanil ini bisa bertahan untuk tidak pacaran. Alhamdulillah ya, sesuatu...

Tapi, pada saat hati sudah mulai terjaga, saat mata hanya tertuju pada foto yang ada di dinding kamar (lho? Kok?) saat tidak ada yang bisa menggoyahkan hatiku, Ternyata mahasiswa baru angkatan 2011 di jurusan Teater, berhasil menjebol pertahananku. Dia bernama Kresna, seorang Katholik yang taat, dan punya kepribadian yang baik.
PERLU DIGARISBAWAHI!!! Ini hanya sekedar suka belaka. Beda dengan Cinta. Kalau cinta, itu mutlak, Insya Allah,dengan izin Allah, ndak ado nan bisa manggoyahan hati wak do ka cinta wak do, dan Insya Allah ndak ado satu wanita pun yang bisa menggeser kedudukan dirinya di hati denai. Hehehe

Saat kresna masuk ke kehidupanku, rasanya biasa-biasa aja, sampai suatu ketika terjadi perbincangan antara diriku dengan seorang teman
                Teman  : eh, lif kamu dah punya cwe blum?
                Aku        : belum?
                T              : diantara anak baru, ada yang kecantol di hatimu nggak?
                A             : maksudnya? Sekedar suka gitu?
                T              : iya.
                A             : ada sih, dia tu cewek yang imut2, mungil, dan berkacamata, rajin pula
                T              : kresna ya?
A             : iya. Tapi aku hanya sekedar suka lho...
Sejak saat perbincangan itu, di kampus, aku sering dipanas-panasi masalah Kresna. Sampai suatu hari, ternyata Kresna udah ditembak duluan oleh Rizky (Anak Etnomusikologi ‘08). Teman2 malah berpikiran aku nggak gentle karena nggak mengungkapkan perasaanku terlebih dahulu kepada Kresna sebelum Rizky mendahului. Masalah ini ternyata juga sampai ke telinga dosen... wah, parah, tiap ketemu aku langsung dikasihani gitu, soalnya “KASIHAN ALIF, CINTANYA BERTEPUK SEBELAH TANGAN”. Duh, padahal perasaanku itu nggak segitunya kalee....
Tapi hal yang berbeda kurasakan sejak aku di “angek-angekan” bersama kresna. Aku jadi sering salah tingkah di depan adik kelas yang lain.
Ck... dasar emang susah ngomong masalah perasaan ama teman yang suka ngegosip, apalagi kalau masalah suka sama adik kelas.

Jadi, aku baru saja merasakan sedikit sensasi hubungan (kalo di pesbuk terdapat istilah in relationship with...)yang sangat mengganggu jiwa.

Hikmah yang ku dapat dari kejadian itu adalah saat hati sedang bergejolak, jika lengah sedikit saja, Syetan dapat dengan mudah menarik rasa suka kepada lawan jenis menjadi NAFSU. Untuk nasfu sendiri, itu bukan hanya nafsu seksual, tapi juga nafsu untuk memiliki, nafsu ingin diperhatikan, nafsu ingin disayang, dll.

Soal hubunganku dengan Kresna cukup hanya sebagai contoh saja. lagian kita nggak se-iman kok, pacaran ama yang se-agama aj udah susah, apalagi pacaran sama yang nggak se-iman. Ya malah lebih ribet.

Tapi dalam hati yang terdalam aku tetap ingin merasakan bagaimana sih rasanya punya pacar (walaupun saat SMP udah pernah pacaran ama Nurliana selama 3 bulan). Mungkin saja Allah  tidak memberiku kesempatan saat ini dan akan memberi kesempatan kepadaku untuk merasakan nikmatnya pacaran setelah mengucapkan janji suci berupa ijab kabul di depan penghulu nanti? Wallahu’alam bissawab.

YANG PENTING SAMPAI TULISAN INI DISELESAIKAN, ALIF MASIH GALAU...
HUHUHUHUHU.... TOLONG SAYA...

Kamar Kos, 11 Oktober 2011 pukul 22.46
Sambil mendengarkan lagu Sheila on 7
“PEMUJA RAHASIA”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

nasehat dari ayah

Yaya sayang...

Yaya sayang... ayah masih sngat ingat, ketika pertama kali antar yaya ke Pesantren, sungguh sangat tidak tega meninggalkan yaya kecil yang baru saja tamat esde yang entah diuus oleh siapa, kecuali hanya tawakkal kepada Allah sehingga ayah dan umi mendapat keyakinan bahwa kami telah menitipkan anak kami ke tempat yang tepat. Alhamdulillah yaya kami berkembang wajar, apalagi yaya telah mampu menghafal juz 30, Alhamdulillah....

yaya, cium kepala dari ayah dan umi selepas mengucapkan salam kepada Rasul usai melafazkan zikri, baca sajadah ba'da magrib dan yasiin ba'da isya, adalah ciuman bermuatan doa ke pada Allah untuk kemuliaan kepalamu naaak...Alhamdulillah, yaya sejak esde kan bilang cita-citanya jadi dokter kan?.. Mudah-mudahan Allah berikan yang terbaik sebagaimana yang baik-baik telah yaya terima.. Allah berikan tempat pendidikan yang baik, pesantren sabihisma yang selalu menanamkan kejujuran dan kebaikan, ingat fatwa haram nyontek dipesantren? ingat yaya dilatih mengfala minimal tiga juz ayat ayat Allah? yaya ingat ustazah dewi dan ustazah lainnya, pak haji laki-laki tua pemilik pesantren yang membayarkan gaji untuk ustaz dan ustazah yaya? Nak jangan dilupan semua jasa guu-gurumu yang telah mengajarakan dan menanamkan kejujuran..Di SMA I Padang Panjang yang juga mengharamkan nyontek yaya mendapatkan pendidikan terbaik dan kebaikan yang berlimpah, kebaikan dan kebeningan hati pak yamin, ketawadduk an ustaz Idris Al Hafiz itu, pak Son dan guru-guru lainnya... nak... Mohon didoakan semua guru dan siapa saja yang telah berbuat baik untukmu.. .,, Mak Padang, Uniang, Incim, Uncu Win dan ante Titin yang antar Yaya ke Bandung, Mak Uwo dan pak Uwo dari Tanggerang, semoga kita semua dibimbing Allah...Yaya,,kini yaya sudah dewasa nakk.., sudah sangat tahu membeda yang baik dan yang buruk,selalulah berzikir dan membaca Alquran surat sajadah khususnya, salat tidak boleh lalai, selalulah berbuat baik pada semua orang,banyak-banyak istighfar, semoga hatimu yang bersih akan "mengkilap" sehingga hidayah akan selalu dicurahkan Allah untuk mu naak. Ayah dan Umi akan sangat bahagia...

(dikirim via fb)

yah.....
yaya speechless...
gak tau harus bilang apa...
hanya bisa bilang...
makasih ayah...

yaya hanya bisa mengusahakan sebaik mungkin
sebagai rasa syukur pada Allah
untuk ayah sebaik ayah
untuk ummi sebaik ummi
dan untuk wildan yang paling ya sayang


untuk keluarga besar yang selalu mendukung dan membantu...
untuk guru-guru yang mengajarinya tentang ilmu logika, kehidupan, dan ilmu akhirat.....
dan untuk doa-doa mereka, untuk harapan mereka, dan untuk kasih sayang mereka...


terimakasih ayah....
yaya sayang ayah....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

My Little Bro

My Little Bro

Yaya tidak sabar menunggu kedatangannya….
Karena bermain sendiri terlanjur membosankan…
Beberapa hal yang kuingat, sangat sering mengusap perut ummi sambil melumurinya dengan minyak kayu putih dan bedak
Tidak akan berhenti sampai ummi melarang, karena kepanasan..
Yaya menunggu adik kecil, yang nantinya akan menjadi teman bermain ya..

me and bro in the middle
Siang itu…
Yaya masih berumur 2 tahun
Terlalu kecil untuk mengerti bahwa ummi sedang berjuang antara hidup dan mati
Melahirkan adik kecil yang ya tunggu-tunggu, tanpa bantuan…
Namun bayi kecil itu tidak mau menyusahkan ummi
Dia lahir tanpa proses yang panjang….

Kata ayah setelah kelahirannya yaya sering berteriak-teriak pada semua orang
“adiak ya puitiah, adiak ya putiah”
Seakan-akan kakaknya ini ingin semua orang tau bahwa dia mempunyai adek dengan warna kulit yang lebih cerah daripada dia sendiri

Adik kecil yaya itu selalu lucu
Semua orang suka melihat tingkahnya yang menggemaskan
Banyak orang bilang ketika seorang kakak mendapat adik, ia cenderung cemburu terhadap adiknya
Mau tidak mau perhatian akan lebih tercurah pada si bayi yang belum bisa apa-apa
Namun saat itu yaya tidak sempat berpikir untuk cemburu, karena yaya juga punya alasan untuk menyukainya

Adik ya makin besar
Dia sudah memasuki taman kanak-kanak
Dia mulai mengerti cara untuk nakal dan jahil
Tapi dengan begitu dia masih tetap lucu

Wildan kecil belum dapat jajan saat masih di taman kanak-kanak
Sedang kakaknya sudah menerima 500 perak setiap hari sekolah dari ayah ummi
Merasa kasihan dengan wildan, yang belum dapat jajan (meski di TK dia selalu dapat snack)
Setiap istirahat yaya selalu menyisakan jajan dan membelikan wildan snack yang dijual di sekolah
Tergopoh-gopoh menyimpannya di bawah tempat tidur di sudut kamar …
Dan ketika klakson mobil antar jemput sekolahnya berbunyi nyaring
Makanan atau mainan kecil yang harganya tidak cukup 500 perak itu kembali ya ambil sendiri dengan tidak sabar, dan kemudian berlari keluar rumah sambil menyodorkan benda itu kea rah wildan kecil yang turun dari mobil antar jemputnya sambil berlari.
(Sampai sekarang ya masih mempertanyakan tujuan kenapa hadiah kecil itu harus disembunyikan dulu, kalau setelahnya ya harus mengambil sendiri hadiah itu.
Kebiasaan membelikan wildan hadiah kecil itu hanya berlanjut sampai dia masuk SD,
Karena kami sudah sama-sama memiliki uang jajan, (wildan sempat protes akan hal itu di diarynya yang ditulis disela-sela shalat tarawih)

Wildan suka berbagi…
Terkadang dia suka memaksa kalau yaya tidak mau menerima apa yang ingin dia berikan
Wildan tidak perlu memaksa yaya untuk mau menerima kado ulang tahunnya yang dirayakan di taman kanak-kanak
Seorang yaya yang sangat suka kado langsung terbelalak melihat tumpukan kado yang menggunung milik wildan
Ketika sampai di rumah, yaya dan wildan sibuk mengeluarkan semua kado-kado itu
Membaginya menjadi 2 bagian yang benar-benar adil
Kalau ada 6 buku gambar, 3 untuk wildan 3 untuk yaya
Begitu juga dengan sepuluh sabun, 4 pensil warna, untuk 5 crayon, 3 untuk wildan dan 2 untuk yaya
Semua mobil2an untuk wildan.
Adil seadil-adilnya menurut kami
(padahal itu kado wildan lho!!!!)
Meski pada akhirnya kado2 itu tidak benar-benar dibagi menjadi 2
Well it’s him…..

Wildan sudah memasuki sekolah dasar
Nakal dan jahilnya makin parah
Saat ya mengadukan hal itu pada ummi, ummi selalu berujar
“ada masanya dia bisa membedakan baik dan buruk, tunggu dengan sabar dan do’a ya nak”
Tapi bagaimanapun dia, wildan tetap my lovely only brother
Bahkan ketika lengan kirinya dislokasi gara-gara main sama temannya di sekolah
Yaya untuk pertama dan terakhir kalinya sampai saat ini, merasakan perasaan seakan-akan mau pingsan saat melihat tangannya yang lunglai.

Yaya mengenal beberapa karakter wildan
Dia punya potensi jadi leader,
Dia agak sensitive untuk ukuran cowok
he always keep something special and something hurt in deep of his heart
Dan sayangnya dia tidak mau diperlakukan sebagai my little bro lagi
I’ve grow up, sis!’ u told me that

Selepas SD, berdasarkan bujuk rayu ummi selama 1 tahun sebelum dan izin ayah
Yaya memulai karir sebagai siswa asrama
Berpisah dengan rumah, berarti jauh dari ayah, ummi dan wildan
Ayah masing sering ke pesantren (sekolah ya saat itu), ummi tidak sesering ayah, apalagi wildan
Dia prefer menghabiskan waktu bersama kartun-kartun rcti dan game dari computer dari pada menghabiskan waktu selama berjam-jam di atas mobil
Semenjak itu, yaya tidak terlalu tahu perkembangan my little bro, seperti dulu…

One year later…
Wildan got the same school with me..!
Artinya jarak kita berdua tidak sejauh dulu…
Tapi entah kenapa yaya sering gagal mendekatinya..
Disana dia belajar banyak hal
Selain agama, pengetahuan umum, dan skills lainya yang gak bakalan ada di sekolah umum biasa…
he with his proundly jacket
Dia juga belajar untuk membenci, tidak menerima, mulai tidak menyukai banyak hal, takut terhadap pandangan teman-teman, membalas ejekan dengan membenci sekitarnya, menunjukkan sikap perlawanan setiap ayah ummi berkunjung…
What happen my little bro…
How much do u hurt there?
Why we differ to face this way…
Me feel bleesed for everything that I’ve passed there..
How bout u?
It’s hurt u very much..
Sorry for not understanding  u as much as u need…
Sorry for my undercapability to teach u how to see this world
With smile……….
But I do really love u

3 tahun disana..
Wildan masih adik kesayangannya..
Yang masuk dalam jajaran juara kelasnya
Yang bahkan mempunyai fans di komplek sebelah (santriwati)
Masih dengan kenakalannya sebagai anak SMP
Dan segenap kecemasan yaya bahwa dia tidak bisa mengimbangi pergaulan yang keras disana

Wildan my lovely bro
Ingin mengikuti kakaknya bersekolah disalah satu SMA favorit provinsi kami
Dia pernah kesana menikmati suasana alamnya yang menyenangkan..
Dan mengungkapkan dengan enggan dari mulutnya bahwa dia ingin sekolah disana
Meski hatinya berapi-api mengatakan ingin..
Melalui proses yang berat dan melelahkan untuk mendapatkan kursi disana
Proses yang membuatnya berharap banyak
Namun the hardest time when he knew that he can’t get a seat there
‘coba telfon wildan, kayaknya dia down ya’, pesan ayah saat itu…
sedih itu merayap sampai ke relung-relung hati terdalam…
Ya berharap wildan disini..
Memperbaiki karakter dan sifatnya
Masuk dalam lingkaran ukhuwah penuh rasa sayang dan perjuangan
Namun Allah telah memilihkan jalan terbaik untuknya
Parahnya lagi, sebelumnya yaya pernah memanas-manasinya dengan banyak hal agar dia mau masuk ke SMA yang sama dengan ya

Wildan masih jera dengan penolakan itu,
Namun mulai melupakannya setelah beberapa bulan menikmati sekolah barunya
Belajar dengan cara baru dan berbeda dengan sebelumnya
Mulai aktif ini itu, beradaptasi dengan caranya, dan sering bergesekan dengan ayah ummi dengan ego remajanya, setelah 3 tahun jarang bertatap muka

Ah… adikku yang lucu masih tetap lucu..
Masih tetap my beloved bro…
Dan yaya masih jauh darinya bertambah jauh malahan..
Ada nada canggung dalam suaranya dalam telfon..
Terlalu sering dia menolak menjawab telfon dengan alasan sibuk..
Sibuk nonton, sibuk makan, sibuk mau main kesana-kesini, ngantuk,, dan blablabla lainya
Sepertinya dia memang sedikit meniru karakter ya yang sering menolak telfon yang disodorkan ummi
(entah kenapa ummi sering menyodorkan telfon ketika beberapa kerabat menelfon, ya menolak mati-matian karena merasa tidak ada yang perlu dibibcarakan)
But, oh come on bro….this is u’r sister talking!!!

Meskipun sekali-kalinya yaya dan wildan ngomong di telfon
Kami adu mulut sampai telefon di putus dan akhirnya wildan minta maaf 5 menit kemudian melalui sms
Ya kita masih sering bertengkar
Kadang kakak ingin bertanya kapan kita benar-benar dewasa
……
Berharap bisa mengerti cara pikir wildan yang sering kakak anggap salah
Berharap wildan bisa mengerti cara berpikir kakak yang sering wildan anggap aneh…

My little bro… always be the shiny star on u’r own sky…
Listen to life surrounding u, life will teach u everything
Keep u’s self on the true pathway
Keep u’r best attitude to our ayah ummi
Keep to say thanks to our god… in all way u can do…



(kutipan dari surat yang ya kirim sama buku tere liye ‘ayahku ‘bukan’ pembohong’ untuk adikya tercinta)
Untuk adik yang paling kakak sayang…
Setiap ayah mempunyai cara sendiri-sendiri untuk mendidik anaknya, namun selalu mempunyai keinginan yang sama. Kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya dunia akhirat
Tidak ada ayah yang sempurna di dunia, setiap ayah mempunyai kekurangan dan kelebihan. Jadikan kelebihannya sebagai contoh, pelajari kekurangannta sebagai acuan, wildan tidak akan menirunya di masa yang akan datang. Lebih baik kalau wildan mampu mengingatkan dengan cara yang tepat, tanpa menyinggung hatinya. Meskipun begitu rasa sayangnya dipastikan jauh leibh besar dari kekurangannya
Jadikan kekurangan diri sendiri sebagai kekuatan dan jadikan kelebihan diri sendiri sebagai kebanggaan
Kebahagiaan tidak datang dari materi,manusia, atau apapun kecuali dari dalam hati masing-masinm oleh karena itu seseorang dapat berbahagia dengan 1 hal dan bersedih dengan hal yang sama, tergantung bagaimana hatinya memilih
Jadikanlah hari selalu berbahagia untuk semua yang wildan dapatkan, dan yang akan dan lalui. Karena kebahagiaan adalah lambing kesyukuran dan merupakan nikmat yang menyenangkan
Cari dan nikmatilah segala sesuatu yang halal, baik itu harta, makanan, nilai, sebuah proses, bahkan cinta. Karena sesuatu yang halal merupakan berkah yang akan membimbing ke jalan menuju syurga dan segala sesuatu yang haram hanya memberikan nikmat semu, dan menutup hati dari kebaikan.
JADILAH YANG TERBAIK YANG BISA WILDAN LAKUKAN
JANGAN JADI YANG TERBAIK YANG ORANG LAIN BISA LAKUKAN
KARENA HIDUP ITU PUNYA WILDAN DAN WILDAN YANG AKAN MENJALANINYA
TAPI TETAP JAGA LANGKAH WILDAN DALAM JALAN-JALAN KEBENARAN AL QURAN DAN HADIST AGAR TIDAK TERSESAT MENGGAPAI SYURGA DUNIA AKHIRAT
JANGAN PERNAH BERJUANG UNTUK MENJADI YANG TERBAIK
KARENA SYURGA BUKAN UNTUK ORANG-ORANG YANG MALAS  (u’r sister who always wish u happy )














  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

it just dust not a star yet #2

Kembali ke antrian yang yaya tinggalkan berapa saat, kembali bertemu dengan beberapa orang yang sempat berkenalan sebelumnya.
                “Ya, kenalkan ini Vina, dia dari Pariaman”, seorang teman yang baru ya kenal mengenalkan temannya yang juga baru dikenalnya kepadaku.
                “Hai”, sapa anak itu ramah, dia duduk di atas meja sambil menggoyang-goyangkan kakinya.
itu dia si vinna, duduk di meja
sambil mengoyang-goyangkan kakinya
                “Hai, Yaya”, jawabku, sambil menanyakan hal-hal dasar seperti saat berkenalan dengan teman-teman yang lain. Seperti sekolah asal, hmmm sepertinya hanya sekolah asal….
                “Ya, punya seragam cadangan gak?”, Tanya Vina ketika itu, Yaya baru sadar ternyata vina tidak menggunakan seragam , padahal saat wawancara, harus menggenakan seragam. Dan karena memang tidak membawa seragam cadangan, yaya hanya bisa menggeleng.
                “kalau kita tukeran mau gak?”, tawarnya santai
                “Huh?”, hampir saja ekspresi kaget itu mencuat di air muka ya.  ‘tukeran?? Emang sih dulu di pesantren pinjam meminjam baju adalah hal yang biasa, namun tukeran baju yang lagi dipakai, ya belum berniat nyoba’ otak ya tiba-tiba sibuk mencerna kata-kata barusan, mengenai efek fisiologis, sosiologis, dan patologis yang mungkin muncul apabila kejadian tadi.
                Masih dengan tampang bego’ ya belum bisa memberikan jawaban yang pasti.
me and vinna after one year
                “engggg,,, ya juga belum selesai wawancara, nih”, jawabnya ragu, padahal itu alasan paling bagus dan jujur. Sip. Gadis itu mengangguk dan mencari korban lain. Ada sedikit rasa bersalah di hati Ya, bagaimana kalau dia tidak diizinkan masuk, cuma gara-gara gak make seragam. Duh serasa makan buah simalakama.
                Begitulah, rentetan wawancara itu berlangsung tidak menyenangkan karena antriannya yang makin lama makin serabutan, karena ada teman-teman yang mulai menangis karena waktu pendaftaran sudah mau ditutup, sudah ngantri dari pagi tapi nasib belum berbaik hati padanya, bukan karena proses wawancaranya karena yang mewawancara itu Pembina asrama yang baik-baik.
                Jam 4 sore. Waktu habis…..
                 Ya belum tes kesehatan dan wawancara psikotes. Saat wawancara psikotes, giliran di depan mata, tapi waktu keburu habis, dan pewawancaranya keluar dari ruangan diiringi tatapan nelangsa murid-murid. Murid yang terakhir di wawancarai memakai tas hijau dan menangis saat diwawancara, dia mempunyai kembaran yang duduk berbagi kursi dengan ya. ya tidak terlalu mempedulikan kembarannya yang memasang tampang gusar di samping ya, karena terlanjur nelangsa menyaksikan pewawancara melangkah pasti keluar.
                “berapa test lagi yaya yang belum selesai, nak”, tanyak ayah.
                “dua”, jawabku manyun dan lemas, karena harus kembali lagi ke tempat ini besok pagi bayangan perasaan mual saat melewati kelok44 kembali melintas.
                “Tes apa aja yang belom”, Tanya ayah lagi.
                “Kesehatan dan wawancara psikotes”, jawab ya lagi, terbayang masa-masa suram berebut antrian saat di tempat tes kesehatan. Antrean disana sangat beringas di penghujung waktu. Desak-desakkan seperti pembagian sembako yang tragis itu lho, ditambah ada sekelompok murid dengan pakaian batik yang seragam, berusaha sibuk merayu petugas agar antriannya dimajukan.
                Dan saat itu keajaiban terjadi, ayah menarik yaya ke ruangan tes kesehatan, membujuk dokter yang disana yang sudah kucel dan kecapean memeriksa kesehatan peserta yang mendaftar untuk jadi salah satu siswa disana. Meski awalnya tidak mau, tapi gak tau gimana akhirnya yaya berhasil juga tes buta warna, berat, tinggi, dan mendapatkan kertas bukti tentu nya, that the best part.         
                Begitu juga dengan psikotes, meski gak ingat dengan wajah guru yang jadi pewawancara, dengan berani dan ditemani ayah dan ummi tentunya , yaya mencari wajah guru yang mewawancara ke kantor guru. Dan setelah ayah mengobrol beberapa menit akhirnya guru itu bersedia mewawancarai yaya. Yesss…
                Dari semua pertanyaan guru itu, ada beberapa yang ya ingat, begini cuplikannya.
Pewawancara: anda ingin masuk ke SMA ini, keinginan sendiri atau orang tua?
Saya: orang tua. (saking polosnya, karena emang masuk ke SMA awalnya emang bujukan orang tua, yaya dari awal belum mau pindah dari pesantren)
Pewawancara: (ngangguk) tapi apakah anda terpaksa?
Saya: gak (emang gak, gak tau kenapa)
Pewancara: (ngangguk-ngangguk lagi, heran deh doyan amat ngangguknya) anda bercita-cita  mau jadi apa?
Saya: hmmm… (ini nih yang perlu mikir, saya belum tau mau jadi apa nih… pilih yang keren deh), jadi dokter, buk
Pewawancara: di universitas mana?
Saya: universitas kedokteran, buk (saat itu saya masih tidak tau beda universita sama fakultas)
Pewawancara: maksud ibu, kedokteran dimana? (kayaknya gurunya mulai keki deh, mana udah sore yang ditanya lemot lagi)
Saya: kedokteran ITB, buk (jawabanitu terdengar mantap keluar dari mulut ya. kayaknya ITB keren, pernah denger)
Pewawancara: tapi di ITB gak ada kedokteran, sayang….. (jawab guru itu, kali ini dengan wajah menahan senyum)
Saya: oh ya? (dengan ekspresi datar)

Andai saja yaya tahu, kalau jawaban yaya terlalu konyol untuk SMA yang berbasis perguruan tinggi ini, pasti yaya udah malu duluan, tapi sudahlah. Yang terpenting, proses melelahkan ini selesai.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

just me, not aldebaranIQ yet #1




Padang Panjang? Siapa bilang aku mau ke kota itu, terlalu jauh…. Meski sudah merantau selama 3 tahun ke kota Padang, kota itu adalah kota kelahiran ayahku. Lagipula ayah sering pergi ke padang apakah untuk urusan dinas atau keluarga, dan yang paling penting untuk perjalanan ke Padang tidak akan membuat perutku mual karena tidak ada belokan sekaligus tanjakan yang berderet sepanjang perjalanan.
                Tidak seperti ke Padang Panjang, bukannya tidak menghargai pekerjaan rodi dan romusha yang merampungkan jalan yang melintasi bukit itu dengan bergadai nyawa, namun aku memang tidak menyukai perasaan mual ketika mobil mulai mendaki berbelok tak henti selama 1 jam. Terlebih lagi dengan palang-palang yang menghitung jumlah kelokan itu sebanyak 44 itu berbohong. Bukan 44, tapi lebih dari seratus kelokan.
                “Nak, coba dulu…. Ummi tak akan memaksa Yaya mau masuk mana, itu pilihan Yaya. Kalau Yaya lulus, paling tidak yaya bisa membawa nama sekolah yaya ke dunia luar, ummi dengar sekolahnya bagus lho, nak”, bujuk Ummi saat itu. Yaya heran kenapa wanita yang paling yaya sayangi itu sangat pandai dalam hal membujuk dengan segala cara, walhasil yaya coba ikut tes.
                “Janji ya, kita disini sampai tamat SMA, nggak ada yang pindah ke sekolah lain, trus kita ke mesir sama-sama”, kata-kata itu diucapkan dari mulut Tiva teman SMP yaya yang juga disebut sebagai pesantren. Yaya pun mengiyakan kata-kata itu dan mengucapkan hal yang sama di lain waktu.
                “Yaya, bangun kita sampai”, yaya tidak tau itu suara siapa, namun berhasil membangunkan Yaya dari alam mimpi, setelah perut dan kepala Yaya diaduk-aduk oleh jalan yang dinamakan kelok44 tadi, masih menyisakan perasaan mules dan pusing. Syukurnya Yaya tidak sempat mengeluarkan cairan dari lambung melalui mulut, dengan nama lain muntah atau vomiting seperti yang dilakukan oleh Ummi dan Wildan, adik ya satu-satu nya.
                Agak terhuyung ya turun dari mobil, dan memperhatikan lingkungan sekitar Ya, hijau dan biru. Penuh dengan pepohonan dan susunan bangunan tua yang berwarna biru, di depan bangunan biru itu terdapat papan bertuliskan. “ BANGUNAN CAGAR BUDAYA BEKAS SEKOLAH BELANDA NORMA SCHOOL”
                “Lho, Yah, katanya mau ke ke SMA yang ayah bilangin kemaren, kok jadi ke museum?”, Tanyaku bingung.
                “Ini dia sekolah yang ayah maksud, ayah dulu pernah kesini, berkunjung ke tempat teman lama Ayah, Yuk kita lihat-lihat sekitarnya dulu”, ajak sambil berjalan mendahului Yaya yang bengong di tempat.
                “Apa? Ayah mau nyekolahin Yaya di museum? Emangnya ayah mau jadiin Yaya pegawai museum apa?”, pikir yaya bingung. Sepertinya saat itu otak yaya memang belum terlalu bekerja maximal sebagai efek mual dari perjalanan tadi, lagian seharusnya yaya nggak tidur paling nggak buat mastiin papan nama yang bertengger di depan pagar komplek bangunan itu tidak bertuliskan “MUSEUM BANGUNAN BELANDA”.
                Dibagian belakang bangunan itu ada lorong berlantai ubin, dengan tonggak-tonggak kuno berwarna biru, masih dengan coraknya yang tidak biasa ya lihat. di depan lorong itu, seseorang pria ‘agak gemuk’ terlihat sibuk memperbaiki  sesuatu menyerupai menara sinyal Telkom namun lebih pendek, yang di kemudian hari Yaya tau itu adalah pemancar sinyal WiFi.
                “Pagi pak…. Hmmmm”, sapa ayah ya seakan-akan ayah sudah mengenal bapak itu sebelumnya, atau sepertinya hanya asal menyebut nama seseorang agar terlihat seperti akrab.
                “Bastian, Pak, ada apa, Pak”, jawab pria itu ramah. Dia mempunyai kumis yang cukup lebat, dengan postur tubuh dimana terdapat tumpukan lemak di beberap daerah tertentu terutama pada bagian abdominal (perut_red), memakai topi berwarna hitam, dan memegang cangkul. Yaya yakin pria itu bukan petani yang nyasar ke bangunan bekas Belanda itu. Dan ternyata benar, lelaki yang bernama Pak Bastian itu, salah satu dari staf pengajar di sekolah, calon sekolah yaya itu. Sekolah yang bernama SMA Negeri 1 Padang Panjang. Ada rasa syukur terselip, karena ternyata calon sekolah Yaya bukan museum meski bergelar cagar budaya.
***
                Hari kedua pendaftaran bagi calon murid baru dibuka, yaya datang pukul setengah 10, tidak terlalu terlambat pikir ya.
                “Jadi harus mulai dari mana, Mi?”, Yaya mengadah kea rah Ummi, berharap agar dia membantu yaya dalam mengurus urusan admistrasi yang terlihat membingungkan di depan mata Ya.
                “Yaya sudah tamat SMP kan? Jadi urusan begini harus diselesein sendiri, Ummi tunggu sini, kreatif dikit dong, Nak”, jawab Ummi dan Ayah.  Sambil menujuk ke arah tempat registrasi di salah satu ruangan.
                Ok, ya tahu ya harus belajar untuk mengurus ini sendiri. Tapi Ya bingung benar-benar tidak tahu harus mulai dari mana. Sebenarnya ini bukan hal yang terlalu rumit, sebab banyak dari teman-teman seusia Yaya yang datang hanya dengan teman-teman  mereka. Tidak di dampingin oleh seluruh anggota keluarga seperti yang terjadi pada Yaya.
                “dari SMP 3 Lubuk Basung”, samar-samar terdengar suara seseorang menyebutkan nama yang sangat ya kenal. OK, ya tidak tahu SMP 3, tapi ya tau Lubuk Basung, rumah Ya, kampong halaman ya.
                Tapi Yaya tidak bisa melepaskan rasa canggung. Kalian harus tahu, kalau sebelumnya Yaya berada di pesantren, yang semuanya telah diurus oleh ustadz dan ustazdzah disana. Tidak ada urusan administrasi, atau hal-hal lain yang harus saya pikirkan sebelum mengikuti suatu kegiatan. Yaya tidak pernah mengurus pendaftaran ulang saat kenaikan kelas, tidak pernah mengurus proposal untuk mencari dana dan izin untuk sebuah kegiatan, semuanya telah terorganisir, dan kami hanya tinggal menerima.
                “Pelajaran kehidupan”, gumamku asal, berusaha memberi semangat pada diri sendiri. Ikut mengambil antrian untuk menjalani beberapa wawancara. Ada 3 test wawancara disana. Inggris, asrama dan baca alqur’an. Hanya 3 buah test, dan yaya tekankan sekali lagi, hanya 3 buah test, tapi ternyata sampai siang datang, belum satupun test yang ya lalui.
                “dari SMP 3 Lubuk Basung”, samar suara seseorang terdengar asyik bercakap dengan temanya. Okey, yaya tidak kenal SMP 3, tapi Lubuk Basung, itu tempat tinggal yaya, tempat Yaya bermain. I got it! A new friend !!!!
                “Dari Lubuk Basung, ya?”, serobotku sebelum dia pergi, gadis itu mengangguk dan menanyakan hal yang sama. Tentu saja jawabannya adalah ‘iya’.
                “Tapi SMP-nya di Padang”, sambungku semangat, menemukan teman bercakap di tempat asing ini, sekaligus membakar kebosanan ngantri yang tidak kunjung maju.
                “Widya”, katanya sambil mengulurkan tangan
                “Yaya, salam kenal”, jawabku membalas uluran tangannya, dan berbagi senyuman tipis.
                Pada hari-hari biasa, seharusnya jam segini azan dzuhur sudah berkumandang, tapi sekarang hari jum’at. Azan berkumandang setelah khubah jum’at selesai. Ummi memberi kode bahwa sudah waktunya melepas kejenuhan dengan berwudhu’ dan sholat. Yaya meninggalkan antrian, belum satupun ruangan yang berhasil ya masuki. Pasrah….
                “Nak, jaga waktu sholat, ya, jangan lalai, bagaimanapun lingkungannya nanti, yaya harus teguh menjaga sholat”, pesan Ummi siang itu. Pesan yang selalu disampaikan oleh kedua orang tuanya dalam telepon, ketika akan pergi dalam jangka waktu yang cukup lama, atau setiap mendatangi pesantren. Dan yaya hanya mengangguk mengiyakan seperti biasa.
                Setelah shalat, dan makan nasi soto di salah saru kedai di luar lingkungan sekolah. Saat itu yaya merasa lapar dan lelah, namun tetap saja kosong, tempat ini begitu asing, dan yaya harus kembali menjauhi ayah, ummi, bahkan ke tempat ini, tempat yang jarang dikunjungi ayah, apalagi ummi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS