Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Coffe for wound care management

"Kopi efektif mengobati luka, murah, simple. Bedanya dengan madu yang juga mempunyai efek penyembuhan yang serupa. Kopi mempunyai efek pewangi" -prof hendro

Kopi cenderung menyerap cairan inflamasi yang muncul pada luka.

Waktu kecil saya ingat cara tradisional yang sering digunakan ibu-ibu ketika jari kaki mereka luka atau cantengan. 
Waktu itu jelas saya tidak mengerti kenapa, tampak luarnya malah menjadi lebih mengerikan, luka yang kadang bernanah malah ditambal dengan kopi yang warnanya hitam pekat. Ternyata hari ini saya mengetahui ternyata kebijaksaan turun temurun yang saya kira hanya sekedar mitos. Kopi mempunyai efek terapeutik yang bagus untuk mempercepat proses inflamasi

Posted via Blogaway

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Al-buruj

https://www.evernote.com/shard/s308/sh/2cbdfdb6-8009-4282-b403-6f77bee91f96/1c4bc4619657bd9035701b20b1069af4


Posted via Blogaway

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

@rangergirang13

It’s not too late to write about us right? Ranger..? ;)
KKNM Unpad. Kuliah Kerja Nyata Unpad.
Gak seperti kebanyakan teman-teman lain yang pertama kali mendengar kata KKN bawaannya langsung males, ngebayangin bakalan di berada di tempat terisolir jauh dari hiruk pikuk kampus dan jatos yang superterkenal itu, saya malah excited buat KKN sejak tahun 2, apalagi setelah mendengar cerita senior-senior. Bayangan(dan harapan) saya buat KKN, --yang katanya punya tema belajar pada masyarakat---, akan seru. Pergi ke kebun memetik sayur dan buah, dan sorenya main ke pantai. Haha, namanya juga harapan.

Dan jreng... saya dan teman2 dengan sangat polosnya saat itu memilih indramayu saat memilih desa pilihan, berbekal google map yang mengatakan bahwa desa indramayu terletak di dekat pantai, dan touchscreen pun disentuh diantara ruangan RSHS yang sinyal Edge/HSPA hilang bergantian, “desa Parean Girang, kecamatan  Kadanghaur, Indramayu”.

Dan yeay...
Turun dari bus.. hawa panas menampar, silahkan terima kenyataan bahwa desa KKN anda bukan desa impian seperti di FTV-FTV. Ini pantura, Bung!
Perjuangan dimulai dari hal paling awal, yaitu menggeret koper yang kalau dibawa k bandara pasti udah kena cas tambahan. Terobang ambing dengan rumah yang berjauhan dengan kualitas yang lumayan membingungkan untuk dibedakan, akhirnya kami para kaum kartini-kartini perkasa, memutuskan untuk memilih rumah kedua, yang ternyata menjadi icon dan saksi bisu para rangger GiranG.

Sedikit perkenalan, rumah yang kami tempati cukup lengkap ada, TV, kipas angin, lemari es, kompor gas, dan AC alami dari celah2 dinding. Semua alat elektronik ini tidak bisa dihidupkan dalam waktu bersamaan, apalagi jika ditambah dengan hp boros baterai yang selalu harus di charge, salah kan aplikasi gratis bejibun yang selalu mengupdate diri sendri. Ada pemandangan sungai di depan rumah, dihiasi dengan pohon kelapa, perahu dan pacilingan. Tidak kenal dengan kata pacilingan? itu adalah jamban umum yang bermuara ke sungai. Jangan lupakan dinding rumah yang lumayan terkenal karena selama 2 minggu pertama, dinding selalu diteriakin “Awas Dinding Rapuh!”, dalam versi lebaynya mungkin serpihan-serpihan semen, pasir dan bata yang berjatuhan akibat tertiup angin, tersenggol pakaian, atau sengaja dipukul karena emang lagi freak, bisa dipake buat bikin rumah lagi.

Menyesal? Mengeluh? Sepertinya tidak.. meski butuh waktu untuk beradaptasi dengan nyamuk dan mikroorganisme yang menyebabkan gatel-gatel sehingga tidak ada yang berani tidur diatas kasur dalam kamar dan malah membangun lapak di ruang tengah. Setiap satu jam di hari pertama saya bolak balik dari kamar-sofa dan tidak mendapatkan feel tidur malam itu. Atau dengan bak mandi yang disalahkan sebagai penyebab gatal-gatal salah seorang teman kkn. Masih sangat bersyukur karena saya hanya akan berada disana selama 30 hari, tidak harus tinggal disana sendirian, selama bertahun-tahun tanpa saudara, dan masih menginjak usia remaja seperti pemilik rumah.

Makan malam pertama dipersembahkan oleh produk paling membanggakan indonesia, indomie rebus kari ayam. Memasak menu seserhana itu dengan porsi 19 orang, 1 kompor gas dan panci kecil untuk pertama kalinya cukup menantang ternyata, masih ingat betapa tebelnya endapan dari sisa rebusan mie bercampur dengan serpihan-serpihan kulit telor di dasar panci. Okey itu hari pertama, hari pertama yang heboh habis. Bayangin aja, yang cewe langsung ada yang merasa perlu mandi bareng karena perasaan mereka yang langsung ketakutan. Kedekatan yang terlalu cepat menurut saya, padahal sebelumnya mereka beda fakultas baru ketemu beberapa kali, tapi itu awal yang baik sepertinya. Paginya bangun dengan tangan, kaki dan wajah bengkak-bengkak lebam, bengkak karena digigit nyamuk, lebam karena ditabok teman pas lagi tidur dan bagi yang beruntung ada yang dipeluk, dikirain guling.

Besoknya makan pagi masih ditemani oleh siaran pagi dari 1 dari 3 stasiun tv yang dapat ditanggap oleh receiver disana, suasananya masih terlalu asing,  para cowok makan dengan porsi cewe dan para cewek makan dengan porsi kucing.

Times fly..
Hari-hari dipenuhi dengan bangun pagi yang dikuti dengan antrian kamar mandi dengan berbagai macam tema, beralma-ria menjelajahi kantor desa, posyandu demi posyandu, rumah ke rumah, setelah terkapar beberapa menit menuju tengah hari. Para pejuang perut mengganti seragam keren mereka, yang ---sempat disalah artinya oleh anak-anak disana ketika melihat segerombolan mahasiswa berjas almamater sebagai artis masuk kampung--- dengan baju rela berkorban untuk menjelajahi pasar kampung yang ‘agak’ becek dan penuh dengan rakyat imut-imut seperti tikus, kecoa dan anak-anal kucing. Pasar ini sempat menjadi kebutuhan primer pada minggu-minggu pertama setelah indomaret yang jaraknya bisa ditempuh dengan berguling sebanyak 20x dari pintu rumah kontrakan cowok.

Secara serempak dalam waktu singkat kita sudah mulai mengetahui hal janggal yang tersimpan dibalik masing-masing mahasiswa aneh ini. Ada yang ternyata tidak bisa makan pedas sama sekali, ada yang suka sparing tinju sama dinding yang kekuatannya masih diragukan, ada yang suka sekali menjadikan kucing sebagai model dalam berbagai pose dari pada temannya yang sudah berpeluh-peluh menangani posyandu, ada yang suka beli lama-lama di indomaret menganalisa semua hal selama beberapa dekade dan kemudian keluar dengan sebotol susu, hanya sebotol susu, eh itu ternyata masih satu orang ding, sebut saja namanya bung! Bung! Yang mendapatkan penghargaan ter-freak seParean Girang ini sedang dicalonkan maju untuk pemilihan orang terfreak se ASEAN.

Ada yang pasrah saja menjadi objek foto dari beberapa sudut dengan latar belakang sungai yang ‘sangat indah’ dan berakhir seperti badut ancol yang membuat anak-anak datang untuk berebut foto bareng, nilai plus disini, bukan Cuma bocah yang tertarik, tapi juga nenek-nenek mereka. Ada yang dinobatkan sebagai fotografer yang sangat sering menjepret sana sini tapi setelah filenya dibuka di sebuah laptop, jumlah fotonya kalah oleh jumlah alat elektronik yang bisa digunakan ketika rice cooker dalam posisi ‘cooking’ baiklah ini lebay. Ada yang awalnya saya kira aa-aa bus kkn, dan ternyata teman kkn yang menduduki rangking terdua jarang menghadiri kumpul praKKN, akhirnya berhasil membuka usaha dengan kolaborasi bernama TSM yang kemudian gulung tikar di tengah jalan. Ada yang sering menghilang, bisa karena ketiduran, atau ngebolang gak bilang-bilang, atau karena pulang dan baru kembali ke desa KKN setelah mahasiswanya berganti dan datang dengan membawa sekantong tahu sumedang plus lapis legit.  Ada yang tidak pernah lepas dari gadgetnya yang lebarnya mengalahi remote TV kemana-mana, dan sering tiba-tiba ditemukan tertidur didepan kipas angin saat tidak ada yang tertidur selain dia. Ada yang tertawanya yang bisa lulus seleksi film horror bergenre komedi, dan  sempat dicurigai gak bawa baju ganti buat sebulan karena memakai baju yang sama selama berhari-hari, setelah di inspeksi lebih jauh ternyata itu adalah baju berbeda dengan warna yang sama, tapi bergradasi dari hitam pekat, hitam kopi, hitam sungai, dan hitam dongker. Ada yang tidak bisa menahan dirinya untuk terlalu berekspresi maksimal di depan kamera sehingga setiap hasil foto yang keluar tak jarang mengundang tawa atas kealayannya. Ada yang menyebut risoles dan mie sosis sebagai main dish karena ternyata dia sangat suka cemilan dan selalu bertingkah childish sehingga berada di hierarki paling rendah dalam susunan keluarga yang sudah dibentuk, tragis memang, dipanggil dengan sebutan ‘nak’ ketika dia masuk ke jajaran ’91 oleh seseorang yang kelahiran ’94. Ada yang saking tingginya  sehingga sering nyangkut dipintu,  sangat terkenal logat dengan ‘MaaKaroniiiiii”-nya dan dengan sangat mengejutkan mengenal seseorang dikawasan keraton dan menyebut dirinya sebagai salah satu keturunan keraton yang tidak tertulis dalam silsilah yang dipajang,  karena dia merupakan turunan dari sepupu dari ponakan ke 5 yang menikah dengan ponakan raja yang merupakan anak dari keluarga temannya ibu raja, sorry.. the last fact is fake.

Ada yang kalo ketemu anak-anak paling anti, ngakunya tampang sekuriti hati hellokiti, kalau malem gak berani ke wc sendiri, kalo pagi paling males mandi, , kalo sore udah kayak agen SiAi-i (baca CIA), buka akun twiiter orang tiap hari, tiap dapat info baru langsung ketawa sendiri , kalo malem itung duit kaya kenek damri, (rap mode: on).

Ada yang gadgetholic, selalu harus bawa Hp, Ipod, Tab dan SLR, kemana-mana, penyelamat kedidupan di dunia antah beranda perkkn-an karena ternyata diam-diam dia punya hubungan rahasia dengan masyarakat sana. Sebenernya gak rahasia juga sih, neneknya punya rumah disana, alias disana deket kampung halamannya. Supplier dari panci-panci dapur, magic com, bahkan bahan makanan. Termasuk yang paling inisiatif juga soal tugas-tugas negara.

Termasuk 1 orang yang bisa dibilang lumayan unik ini, anak paling lucu, paling PD, paling didorong-dorong buat maju. Chef selama sebulan, yang selalu punya ide unik. Sebagai humas dia punya kemampuan yang baik untuk berkomunikasi dengan warga sekitar, punya keahlian yang bagus untuk berinteraksi dengan anak-anak disana. Sering diteriakin karena sering tanpa tendeng aling-aling masuk toilet tanpa mengindahkan antrian yang udah sepanjang tol cileunyi-pasteur.

Satu lagi yang suka bikin heboh, dengan suaranya yang unik dan lucu, paling pinter ngebodor, punya banyak pengaruh dikalangan anak-anak yang menciptakan trauma tersendiri. Paling kreatif kalau soal bikin judul ftv, sejak awal kkn sampai akhir dia sudah menobatkan diri sendiri sebagai sutradara dari berpuluh2 judul ftv (judulnya doang), diminggu-minggu terakhir setelah orderan sinetron makin turun, yang diakibatkan karena listrik makin sering mati kalo diidupkan dia mendapatkan waham baru bahwa dia adalah seorang ratu dengan panglima, perdana menteri dan rakyatnya.

Manusia yang satu ini adalah penyelamat dalam bidang akademisi selama kkn, orang yang benar-benar berpikir bagaimana caranya agar nilai kkn kita tetap dalam posisi memuaskan, yaitu A. Dengan segala kedisiplinannya , buku pink selalu terisi, tugas bikin blog, bikin laporan, dan blablabla lainya terlakasana tepat waktu. Di lain kesempatan dia mendapat julukan terkarma, karena selalu saja ada penyakit yang menyerangny selama kkn. Untungnya di minggu terakhir, kutukan karma itu terangkat dari pundaknya dan berpindah ke teman yang lain.

Orang yang mendapatkan karma diakhir kkn, sangat terkenal dengan tomcatnya, membuat petugas medis didaerah sana terbingun-bingung dengan symtomp yang dimunculkan tomcat beracun itu. Hobinya gulung-gulungin kabel tiap mau tidur dan paling susah dibangunin. Meski makanan udah terhidang rapi dilantai, dia yang tidur dilantai yang sama lengkap dengan selimutnya (ingat tempat tidur dan tempat makan bagi kami adalah hal yang sama) tidak akan bangun sampai ada gereombolan cowok yang datang buat makan.

Juga ada yang paling kalem diantara kita, kalem sih tapi kalau udah ngeceracau di twitter heboh juga, sekali-kali nya ngmong selalu dalem, memang pantes dia dinobatkan sebagai presidir TSM yang meski kemudian bangkrut setelah kkn dia masih ngotot untuk mempromosikan nya lewat twitter dan line. Senjata andalannya adalah bulpen dan buku, oh ya dia adalah sekretaris abadi yang diawal pemberitaan kkn sudah membuat skandal dengan bosnya sediri (evil smirk)

Yang terakhir yang paling keibuan dan paling diet, pencinta anak-anak dan diatas kepalanya ada spanduk SENGGOL BACOK dalam artian sebenarnya tapi dengan makna yang lebih halus, heee? Maksudnya, teman yang satu ini punya saraf geli yang terletak terlalu superficial, dipegang dikit langsung geli, jadi dia termasuk untouchable dalam artian yang sebenarnya. Paling jarang makan, dan tidak pernah ikut-an ‘ngebo’ abis sahur, palingan juga ketiduran di sofa luar dan dipergokin anak-anak

Dari semua orng ini, herannya bisa nyambung semua, alhasil kkn ditempat yang penuh tantangan itu bisa dilewatin dengan baik tanpa harus banyak cedera dan pastinya seru. Thanks buat ukhuwahnya, dan maaf untuk galonnya yang bocor ;)



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gadis kecil dan mukena

Menjadi seorang muslim itu menyenangkan, tersedia 'rest time' tiap harinya, 5 kali sehari. Sudah ditimming pas dengan puncak derajat boring manusia.
Sore itu, setelah perjalanan yang begitu melelahkan, Sebuah keluarga kecil mendarat dengan sempurna di halaman mushala sederhana di tepi jalan.  Oh ya, mereka melakukan perjalanan di daerah yang tidak mempunyai rest area kayak tol sepanjang banten-cileunyi, tapi sepanjang jalan tersedia mesjid dan mushala yang bisa digunakan untuk melakukan ibadah bagi kaum muslim.
Setelah menyucikan diri dengan berwudhu', menenangkan diri dengan sholat gadis kecil dalam keluarga itu kembali melipat mukena yang ia kenakan,  dan meletakkan nya kembali di atas sajadah tempat semula mukena tersebut.

Tapi ummi menegur gadis kecilnya, kenapa tidak meletakkan mukenanya ke dalam lemari, tempatnya seharusnya. 

Gadis kecil itu berkerut, baginya meletakkan sesuatu kembali pada tempat yang sebelumnya sudah cukup.

"Meletakkan mukena kembali ke tempatnya adalah hal sepele yang mengandung rasa terima kasih setelah menggunakan mukena yang tersedia di mesjid"

Gadis kecil itu tertegun, ternyata prinsipnya bahwa 'meletakkan kembali sesuatu di tempat sebelumnya' masih kalah gaul dari 'meletakkan pada tempatnya'.

Apabila sanggup membalas sebuah kejahatan dengan kebaikan kenapa harus membalasnya dengan kejahatan kembali? Bukankah lebih dianjurkan untuk berbuat lebih baik.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ramadhan

Tersebutlah seorang anak kecil yang selalu mengikuti ayahnya berpergian. Setiap hari dia diberikan jatah jajan. Setiap tahunnya terdapat satu bulan dimana sang ayah memberikan kesempatan bagi anaknya untuk membeli apa saja, apapun yang dimintanya diberikan tanpa terkecuali. Tapi sayang setiap tahunnya di bulan itu ayahnya selalu mengajaknya berpergian ke tempat yang jauh. Meski mengetahui kesempatan emas di bulan itu sang anak lebig sering memilih istirahat menghilangkan rasa lelahnya. Dan tanpa terasa sebulan telah berlalu tanpa ia sempat meminta banyak hal... Marhaban ya Ramadhan.. biarkan aku menjamu mu dengan sebaik-baik jamuan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Merantau


Kau bisuak kuliah jan jauah-jauah lo ya, disiko selah di padang, jan pai lo ka Jawa manga jauah bana”,  begitu pesan almarhum kakek yang ya panggil ‘inyiak’ ketika ya berkunjung di akhir pekan saat, pulang massal SMA. Saat itu saya hanya nyengir, dalam hati ingin bertanya ‘kenapa?’ tapi tidak terucapkan. Entah apa alasan inyik berkata demikian,yang pasti lelaki 8o tahunan yang punya 8 anak itu telah melepaskan 5 orang anaknya diperantauan. Hanya 3 orang yang masih bermukim di kampung halaman, salah satunya adalah ummi, ibu saya.

Saat inyik berpesan seperti itu, saya sudah tidak menetap di rumah lagi, sudah 4 tahun sejak diasramakan di salah satu sekolah di Padang menjadi terbiasa dengan merantau. Merantau berarti menemukan hal baru, menemukan tantangan untuk mandiri dan adaptasi dan saya terlanjur suka hal itu. Ditambah lagi dengan sebuah kebiasan senior-senior di SMA memilih melanjutkan pendidikan di pulau Jawa. Dengan mereka yang datang berkunjung memperkenalkan universitas mereka bahkan tempat kosan mereka disana, membuat seakan-akan pulau yang dibatasi oleh selat Sunda dengan pulau tempat sekolah saya berdiri itu tidak asing lagi.

Dan akhirnya meski pesan inyik masih terngiang-ngiang, Ya tetap akhirnya berangkat kesini. Ke tanah sunda. Saat rindu kampung halaman, saat merindukan orang tua saat itulah pesan inyik kembali bergema. Ayah ummi tidak mengizinkan untuk mengucapakan kata rindu sejak SMA. Perjuangan itu memang pengorbanan, jika pengorbanan itu adalah kebersamaan di dunia tidak seberapa dibanding dengan kebersamaan di akhirat. Begitu pesan ummi ketika ya tiba-tiba menjadi cengeng saat jaman SMA. Pesan itu ampuh juga, ketika merasa rindu. Menjadi penguat untuk berjuang mendapatkan tempat terbaik di akhirat. Mungkin alasan terbesar kenapa disetiap penutup pesan ketika teleponan adalah ‘jan lalai shalat yo,nak’

Namun ketika masih tersedia pilihan hal yang saya inginkan adalah kembali ke tanah itu, tanah tempat saya dibesarkan. Tempat yang mungkin tidak begitu mengingat wajah gadis kecil kurus yang suka lalu lalang seenaknya. Tapi tempat itu masih dengan jelas tersimpan dibenak ya dalam versi lamanya. Dalam versi terbaru, sih beberapa petak sawah yang ya ingat sudah berubah menjadi ruko. Ya kampung kecil itu mulai menggeliat tumbuh.

Tapi setiap melihat perubahan itu, saya miris. Tampaknya mata ini lebih suka dengan sawah dan kebun yang berjejer rapi. Memberikan ruang yang luas bagi anak-anak untuk bermain, memberikan tempat bagi burung-burung untuk singgah sejenak sebelum diusir petani. Di sisi lainya perkembangan yang terjadi juga tidak selamanya buruk. Ekonomi dan kesejahterahan masyarakat dapat meningkat, uang dapat berputar lebih cepat, daerah kecil yang dulunya tidak ada di peta saya ketika SD itu juga mulai bisa berinteraksi lebih banyak dengan dunia luar.

 Mengingat perubahan kecil itu, tiba-tiba saya teringat ibu kota dan beberapa kota (yang hanya sedikit) yang saya singgahi di negeri ini. Saat seorang bertanya, ‘ketika dewasa nanti kau mau tinggal di ibukota?’ tanpa pikir panjang saya menjawab tidak. Teman itu berkerut, kenapa? Padahal di ibukota semuanya serba bisa, access gampang, perputaran uang cepat, dalam pandangannya ibukota terlihat lebih menjanjikan. Dari sudut itu dia benar, tapi aku tidak mau menghabiskan hidupku dijalanan, macet yang tiada ampunnya, populasi yang terlalu padat tidak menyisakan ruang untuk bersantai sejenak. Ketergantungan pada AC, mengingat betapa tidak nyamannya udara yang akan dihirup tanpa penyejuk dan penyaring udara itu. Mengingat betapa ibukota memisahkan kehidupan yang berada yang mampu membeli semua dengan yang bahkan tidak bisa membeli udara ketika mereka sakit.

Sungguh saya tidak ingin waktu merubah kampung kecil saya. Meski untuk mencapai tingkat yang semengerikan itu masih dalam hitungan waktu cahaya, saya bahkan tak ingin ada kedai fastfood yang didirikan disana. Agak sedikit aneh memang mengingat saya dengan mudahnya ikut menjadi salah satu penikmat gerai makanan cepat saji disini. Tapi tiap akhir pekan, melihat segerombolan keluarga, membawa anak-anaknya untuk menikmati makanan disana, terlihat sangat tidak keren. Kenapa mereka gak piknik sekalian aja ke pantai kek, ke taman kek.

-ya gak tau ini mau ngomong kearah mana…-

Intinya, ya ingin kembali kesana, menjadi salah satu orang yang berperan dalam perkembangan disana. Ingin ikut andil dalam prosesnya. Dulu saat pelajaran BAM, ya gak ingat kata-kata persisnya, tapi bunyinya kalau gak salah ‘saumpamo karambia tumbuah miriang’. Seperti pohon kelapa yang tumbuh nya gak lurus, buahnya bukan jatuh di halaman empunya malah berguling-guling di jalanan dan diambil orang lain.
Itu adalah pribahasa untuk anak rantau yang tidak kembali ke kampung. Mereka dilahirkan disana, dan belajar ke negeri orang untuk mendapatkan ilmu. Namun pada akhirnya mereka tetap disana dan tidak memberikan apa-apa di tanah tempat dia dilahirkan. Kalau kata teman-teman disini mereka gak bakalan diam melihat orang padang menguasai tanah sunda. Yah… masuk akal memang. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ketika teman sejawat yang kita kenal berada disini. Jaringan, kenalan, rekomendasi institusi pastinya juga lebih mudah disini. Mengingat institusi terkait tentu juga ingin agar orang-orang yang menimba ilmu darinya juga ikut membangun daerahnya..

Well itu pilihan sih. Tak ada salahnya juga… dimanapun  kaki berpijak itu tetap bumi Allah. Fantashiru fil ard. Selama masih berbuat baik, beramal shaleh, selama Allah ridho.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dadiah...? apa itu?

Randomly, berselancar di dunia maya tiba-tiba menemukan kata-kata 'dadiah', di kolom pertama hasil penemuan search engine.
apa itu dadiah? kok familiar sih? http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/05/21/470/155517/Dadiah-Yoghurt-Ala-Minang.
setelah dibaca oh ternyata itu makanan...
ya...ya..ya
saya memang pernah melihat benda seperti itu di pasar tradisional di desa saya, dijajakan beberapa biji.
saking penasarannya, tiap melihat benda itu saya selalu bertanya pada ummi karena selalu lupa. dan jawaban ummi akan sama. 'oh, itu dadiah, fermentasi susu kerbau, ya mau nyoba?' mendengar kata kerbau ya agak ngeri dan langsung menggeleng dan melupakan makanan bernama dadiah itu dengan cepat.

makhluk bernama dadiah itu disimpan dalam tabung bambu yang ditutup plastik, tampilan luarnya sama sekali tidak menarik perhatian ya waktu itu. nama dan asal mulanya pun tidak menarik, sehingga meski penasaran bagaimana rasanya, tidak sedikitpun tertarik untuk mencoba.

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTkMOBx_BOnOjpp4RQTYCj97NhDJ3HL788jgIxX4y8HBeRfJDsXBA
setelah membaca artikel diatas akhirnya rasa penasaran itu muncul lagi dan kali ini dibarengi niat untuk mencoba. apalah artinya lahir di tanah minangkabau kalau pengetahuan kulinernya gak jauh beda dengan orang-orang yang gak lahir di tanah yang sama. masa' tiap pulang maunya makan sate deui, sate deui, martabak mesir lagi, martabak mesir lagi.

sepenuhnya saya sadari masih banyak makanan, budaya, dan karakter minang yang tidak saya jumpai ketika saya masih berkeliaran di tanah minangkabau. mungkin budaya yang emang makin memudar karena perkembangan zaman, atau emang saya yang tidak mau tau. saya baru tau yang namanya randai itu di SMA selama ini hanya tau dari buku BAM tentang randai dan gerakannya, dan masih ada  banyak teman sesuku bangsa yang tidak tau. Ternyata  merasa malu juga, tidak mengenal ke khasan sendiri, tapi ketika budaya lain mengklaim apa yang telah menjadi warisan nenek moyang sebagai milik mereka, barulah mencak-mencak, marah, merasa kecolongan. kalau situasinya begini gak jauh bedalah ya, sama orang yang ninggalin dompetnya ke stasiun trus hilang dan marah-marah sama yang ngambil. wong yang salah siapa? dua-duanya sih, tapi dalam posisi ini yang punya dompet terlihat lebih konyol.

gak mau berada di posisi yang konyol, akhirnya saya menambahkan list keinginan kalo pulang ke rumah --> "makan dadiah", tapi kayaknya pengen yang udah diolah dikit deh..
hehehehe
http://www.google.com/imgres?q=dadiah+minangkabau&um=1&hl=id&biw=1366&bih=624&tbm=isch&tbnid=0yvuIPB3lK9Y0M:&imgrefurl=http://h4nk.blogspot.com/2012/11/makan-dan-minuman-khas-ranah-minang.html&docid=gKfAQCW63mi6NM&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVvseCtjb4WZD_pNkTDfAFaLbyVLC2cnP-0b0X5xUHI5t3mEd1GBRhqMkGlQxuQOT4KTfTrlvvo2IH1SlVpF_9CHgcIcAM7UiWKyhAjVga2_A4_oekLAHkWdFm5FaEakuyOuQvs7zGOruO/s640/ampiang-dadiah.jpg&w=640&h=480&ei=xF6lUeyuHMnQrQeLw4CYCg&zoom=1&ved=1t:3588,r:5,s:0,i:94&iact=rc&dur=441&page=1&tbnh=186&tbnw=242&start=0&ndsp=18&tx=78&ty=77

http://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&docid=glg2oQnel7MrlM&tbnid=eLMOls2HcCbKhM:&ved=0CAgQjRwwAA&url=http%3A%2F%2Fwww.padangmedia.com%2F13-Berita%2F79106-Es-Cream-Dadiah.html&ei=3l6lUf-CB4OmrQeNk4DgCw&psig=AFQjCNHiTMmT3V1tmtwLwtCmHCF7JsD_aA&ust=1369878622207106

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dimarahi

Tadi siang dimarahi dosen pembimbing gara2 gak bisa menjawab pertanyaan 'apa itu premis?' berusaha mengingat dan akhirnya tetap gak ingat.
Dilihat dari segi manapun seperti nya saya emang dimarahi sih... tapi anehnya selain rasa takut ada sebuah rasa lain yang gak terlalu saya perhatikan. Ternyata saya SENANG sodara-sodara. Senang dalam artian sebenarnya. Setelah dipikir-pikir ternyata ya emang udah lama banget ngerasa dimarahi. Entah mungkin karena kesalahan ya gak keliatan, atau karena disini orangnya marahnya terlalu lembut jadi ya gak nyadar kalo lagi dimarahi. eh gak ding, kalau namanya marah sih, mau orang jawa atau orang batak yang marah tetep aja marah. Meski derajat kagetnya beda

Marah dalam artian orang yang memarahi selain merasa ingin marah, dia juga merasa kalau yaya perlu dimarahi. Bukan sekedar marah seperti kucing yang keinjek ekornya, kalau kayak gitu mah, gak perlu dimarahi dosen juga ada, tapi perasaan yang muncul paling ya maaf dan merasa bersalah. Tapi entah kenapa ketika dimarahi  dosen tadi perasaan sama kayak dimarahi Uztadzah kalau masih belum bangun jam setengah lima, kayak dimarahi istri kepala sekolah SMA kalau ribut di jam efektif belajar, kayak dimarahi ayah kalau sakit gara-gara telat makan atau telat sholat.

Ternyata marah itu punya bermacam outcome bagi saya, semakin orang itu berniat baik, semakin tajam perasaan yang datang ketika dimarahi.

#ternyata premis memang belum pernah diajarin. pernah diajarin di SRC tapi masih terlalu superficial dan saya belum terlalu ngerti saat itu... huhpt

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

srikandi


_bongkar-bongkar slide buat uts malah nemu ini_

Abis browsing bahan BHP tentang malnutrisi terhadap elderly. Sesuatu yang sudah lama nempel di pikiran ya namun belum sempat tertulis karena ada hal lain yang sangat urgent harus ditulis yang tak lain dan bukan adalah skr**si. Tapi tugas BHP ini bener2 bikin flashback itu “pop out” dengan kuat.
Tak lain tak bukan tentang salah satu wanita perkasa yang ya kenal, seorang srikandi dan srikandi itu adalah wanita tua yang berumur lebih dari 77 tahun. Ya… Srikandi itu Nenek.
Nenek tabiang begitu beberapa kerabat memanggil beliau, tabiang dalam bahasa Minang berarti tebing, rumah nenek memang terletak agak tinggi, ya seperti di tepi tebing gitu deh. Nenek, dalam ingatan ya adalah seseorang yang ummi panggi l dengan panggilan ‘amak’. Dalam memori masa kecil, nenek adalah tempat paling senang dikunjungi untuk sekadar meminta cemilan atau es. Nenek sejak dulu berjualan di depan rumahnya yang terletak berdampingan dengan SMP. Nenek menjual berbagai macam makanan snack, alat tulis, dan es tentunya hal yang sangat disenangi anak-anak. Ya suka sekali minta es yang dibikin nenek, dan kemudian dimakan diam2 di pekarangan SMP agar tidak ketahuan ummi, dan akhirnya tetap ketahuan karena Wildan adik ya, malamnya langsung flu dan dengan polosnya dia menjawab kalau tadi diajak kakaknya makan es, padahal udah diwanta wanti makan es kali ini adalah rahasia kita berdua dan nenek.
Nenek sangat suka menggelitik cucu2nya dengan menciumi bertubi2 di leher. Itu bukan main gelinya saudara2, sampai sekarang ya merinding mengingat rasa geli itu, dan terekam jelas di benak ya bagaimana senangnya nenek melihat kami kegelian, dan tangan beliau yang sudah keriput sejak saya kecil akan mengelus2 rambut cucunya yang takut akan diciumi lagi. Dengan tangannya yang keriput itu nenek juga suka bercanda mengatakan bahwa ukuran wajah ya saat itu (hingga saat ini) hanya selebar telapak tangan nenek.
Nenek di usianya yang udah nenek2 ketika ya SD tidak pernah lupa hari ulang tahun ya.  setiap hari ulang tahun ya yang entah kenapa tiap tahunnya selalu ketika libur kenaikan kelas, nenek selalu datang  dengan pakaian khasnya menjinjing kresek hitam besar berisi hadiah ulang tahun yang berasal dari dagangannya. Ada buku dan alat tulis lengkap yang jumlahnya selalu bersisa setengah setelah dipakai selama setahun, ada berbungkus2 snack, plus ciuman yang menggelitik itu.
Dimana letak srikandinya? Nenek memang seorang srikandi di mata Yaya.
Berkunjung ke rumah nenek, berarti menambah jumlah neurotransmitter yang akan menyimpan sebentuk sejarah yang dibagi kan oleh nenek dengan suara nenek2nya. Kesempatan libur UAS kemaren yang hanya diberi 1 minggu oleh fakultas ya putuskan untuk pulang. Dengan waktu yang sempit Ummi sudah wanta-wanti agar ya gak kemana2 seperti liburan sebelumnya. Ya gimana gak mau kemana2, teman2 ya kebanyakan tidak ada di kampung, karena kebetulan ya sekolah di lokasi yang agak jauh dari rumah sejak SMP.
Intinya liburan kali ini ya gak boleh kemana2 dan gak boleh kembali jadi kepala suku para bocah2 sepupu yang lusinan dirumah. Pulang terakhir, butuh waktu satu minggu untuk membujuk mereka agar tidak tidur di kamar yaya. Tapi mereka dengan tampang sok bijaknya berkata ‘gak papa kak, kita mau tidur sama kakak sampai musim liburan selesai. Yang masih ngompol udah bawa popok kok’ katanya sambil mengacungkan popok untuk balita yang baru saja dibeli dengan bangga. Alhasil, untuk beberapa malam ya harus berkali2 terjaga karena di tendang dari sisi kiri dan dijadikan guling dari sisi kanan, dilanjutkan dengan mendorong mereka jauh2 dan kemudian mereka akan kembali lagi dalam posisi sebelumnya dalam waktu beberapa menit. Atau terpaksa harus mematikan TV lebih cepat, karena mereka dengan sok nya berkata. ‘gak papa kak, kita biasanya jam 12 masih bisa bangun kok”, sambil memperbaiki guling dan bantal dan bergaya menikmati bioskop transTV yang ya nonton, yang mereka sebenarnya belum mengerti ceritanya. Ya gak mungkin lah ya percaya, orang dianya udah sipit gitu gara2 ngantuk, ditambah lagi, sepupu yang lebih kecil baru aja tidur. Gak mungkin lah ya tetep nonton akhirnya jam 9 pm. Ya ikut tidur dengan mereka. -_-
Nah kenapa jadi cerita tentang mereka?
Lanjut ke nenek…
Waktu2 di rumah adalah waktu dimana pemulihan waktu tidur, waktu makan, waktu untuk memanjakan lambung, tak jarang hari-hari pertama di rumah merupakan hari yang paling menyenangkan untuk bermalas2an. Buat keluar rumah aja magernya minta ampun..  Dan kalau dalam waktu 24 jam ya masih tidak menampakkan wajah ke nenek, besoknya nenek yang akan berjalan ke rumah Cuma untuk melihat cucunya yang belum bertandang ke rumahnya sejak pulang dari rantau. Setiap hal itu terjadi, yang bisa saya lakukan hanya cengar cengir malu.
Liburan yang Cuma seminggu ini dan dijanjikan tidak akan kemana2 terlaksana. Sayangnya, meski ya gak malala kemana-mana, malah ayah ummi yang tiba-tiba sibuk di luar perkiraan, akhirnya selama liburan nenek sering nemenin yaya buat sekedar silaturahim ke rumah nenek yang lain (lho..) atau sekedar ke perkuburan suku yang disana terbaring keluarga2 dekat suku nenek, otomatis juga merupakan suku saya, melayu. Nenek yang emang dari awal memang sudah rajin kesana, jadi makin sering sejak kakek yang saya dan sepupu2 panggil dengan panggilan inyik dimakamkan disana. Inyik beristirahat diapit oleh 2 cucu laki2nya. Yang satu merupakan adik sepupu saya yang meninggal diusia 1 bulan dan satu2nya adik laki2 kandung saya yang meninggal akibat kecelakaan bermotor.
Saat di perkuburan nenek langsung mencabuti rumbut2 yang tumbuh disekitar pusara 3 orang tadi. Otomatis saya jadi ikut membantu, namun malunya saya setelah beberapa menit sudah capek duluan. Berkali2 curi pandang kearah nenek tapi beliau belum terlihat kecapean dan belum ingin berhenti sebelum matahari dhuha hilang.  Duh nek…. Usia saya masih seperempat umur nenek… tapi masih kalah kuat. Saat itulah kepikiran nenek itu wanita paling kuat yang pernah ya temui.
Nenek juga masih kuat ngasuh cucu yang lagi nakal2nya, berlari kesana kemari, masih kuat adu urat sama cucunya yang laki2 dan masih ABG. Porsi makanpun gak ada pantangan sama sekali seperti kebanyakan orang tua lainya, 2 kali lebih banyak daripada saya, masih rajin jalan pagi ke rumah saudara dan hebatnya lagi masih bisa baca koran tanpa kacamata. Gak kebayang betapa sehatnya pola hidup nenek di masa lalu. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

lagi , 48 menit dengan ummi…



Ngomong lewat handphone dalam waktu yang lama, Kebiasaan yang entah sejak kapan muncul, yang penting bukan sejak SMP karena teleponnya masih gantian buat seasrama. Dan sejak di bale, kebiasaan itu berkembang dengan pesatnya, dicurigai sih predispose factor-nya karena sekamar dengan orang-orang yang juga rajin menelepon orang tuanya dengan waktu yang lama. Kalau ada yang sudah asik ngomong dengan ibunya yang nun jauh di pulau sumatera, meski gak selalu tapi lumayan sering kita bertiga jadi sama2 menelpon dengan gaya dan logat masing-masing dengan satu bahasa, BAHASA MINANG, hahaha
Dan kemaren juga begitu, eh gak ding, yang ditelpon yaya sendirian, trus teman yang lagi nemenin makan jadi makan sendiri, sedang yaya makan sama ummi ditelpon… hehe kayaknya terlalu sering begitu deh…
Dan apa yang dibilang oleh Ummi saat itu intinya tentang bersyukur, risk factornya gara-gara ya cerita panjang sebelumnya tentang SOOCA ke ummi, etiologinya ummi emang suka membantu Yaya membuka pikiran lebih luas dengan cara bercerita yang panjanggg dan nyerempet kemana-mana.
Ummi cerita banyak hal, banyaaakkk sekali, salah satunya bersyukur dengan kenikmatan yang udah ya terima selama ini, keberadaan ayah dan ummi.
 Dari kecil ayah dan ummi juga udah sibuk, meski tidak sesibuk sekarang….. tapi lumayan dari kecil udah terbiasa ketemu ayah ummi, sore atau malam dan berpisah lagi paginya. Jadilah sepanjang siang setelah pulang sekolah sampai sore 2 bocah, yang notabene saya dan adik saya mengusai rumah, dengan bertengkar, bermain dan bertengkar lagi, dan diakhiri dengan duduk2 di beranda depan rumah menunggu ummi pulang seperti anak hilang.
Meski begitu ada hal yang ya sadari yang special di masa SD ya. Ayah hampir selalu ada dirumah setiap shalat. Minimal shubuh, maghrib , dan isya’. Selalu menjadi imam tiap shalat. Meski laki2 disunnahkan untuk shalat di mesjid, meski baru saja dinas di luar kota ayah selalu berusaha untuk sholat dirumah, mengimami keluarga kecil kami ,mengajari anak-anaknya untuk sholat, berzikir dan mengenal Allah. Hal ini ya berapa tahun belakangan, ternyata sangat special, tidak semua anak merasakannya. Sejak ya jauh dari rumah. Meski selepas SD ya lebih sering jamaah di mesjid karena emang di asramakan, sholat berjamaah di rumah dengan menjadi salah satu hal yang ya tunggu di rumah.
Saya kecil tidak pernah kehilangan sosok ayah dan ummi karena quality time yang mereka sediakan. Meski ya sadari ayah dan ummi gak hobi jalan-jalan jadi tiap liburan kami selalu menghabiskan waktu buat silaturrahim ke keluarga ayah di padang. soal bermain ke pantai, gunung, danau, atau Rajang (sungai) itu saya dengan adik lebih sering ikut rombongan sepupu2 sekaligus tetangga, berhubung ayah dan ummi lebih suka menghabiskan waktu senggang dengan istirahat di rumah. Ya, baru-baru ini saya sadari, itu adalah liburan yang paling menyenangkan bagi mereka setelah seminggu berkutat dengan segala kesibukan pekerjaan.
Dibalik semua itu, seperti semua anak lainya, bagi mereka orang tua mereka adalah orang tua terbaik di dunia. begitu juga dengan saya, ayah ummi adalah orang tua terbaik. yang menceritakan kisah lucu sebelum tidur, yang mengajari keberanian, ikhlas, syukur, kebahagiaan.
Dan sampai saat ini, mungkin… saya masih my daddy little girl. Masa pas ya bilang ke ayah kalau ntar siang mau main ke kebun binatang, pesan ayah.. ati-ati yo nak, jan paneh-paneh, beko damam. Mau gak mau denger ya meringis sendiri mendengar pesan itu. Merasa seolah diperlakukan kayak anak kecil. (ya iyalah mainnya aja ke bonbin). Padahal menurut slide lecture tahun lalu seharusnya saya  sekarang sudah adult, eh atau masih adolescent ya??  tapi kemudian ya sadar, Meski sangat sering ayah mengajarkan banyak hal untuk menjadi dewasa… mungkin bagi ayah tidak ada yang berubah, ya tetap anak gadis kecilnya yang, tidak boleh digigit seekor nyamuk pun….
TERIMA KASIH AYAH..
TERIMA KASIH UMMI…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS