Ngomong lewat handphone dalam waktu yang lama, Kebiasaan
yang entah sejak kapan muncul, yang penting bukan sejak SMP karena teleponnya
masih gantian buat seasrama. Dan sejak di bale, kebiasaan itu berkembang dengan
pesatnya, dicurigai sih predispose factor-nya
karena sekamar dengan orang-orang yang juga rajin menelepon orang tuanya dengan
waktu yang lama. Kalau ada yang sudah asik ngomong dengan ibunya yang nun jauh
di pulau sumatera, meski gak selalu tapi lumayan sering kita bertiga jadi sama2
menelpon dengan gaya dan logat masing-masing dengan satu bahasa, BAHASA MINANG,
hahaha
Dan kemaren juga begitu, eh gak ding, yang ditelpon yaya
sendirian, trus teman yang lagi nemenin makan jadi makan sendiri, sedang yaya
makan sama ummi ditelpon… hehe kayaknya terlalu sering begitu deh…
Dan apa yang dibilang oleh Ummi saat itu intinya tentang
bersyukur, risk factornya gara-gara ya cerita panjang sebelumnya tentang SOOCA
ke ummi, etiologinya ummi emang suka membantu Yaya membuka pikiran lebih luas
dengan cara bercerita yang panjanggg dan nyerempet kemana-mana.
Ummi cerita banyak hal, banyaaakkk sekali, salah satunya
bersyukur dengan kenikmatan yang udah ya terima selama ini, keberadaan ayah dan
ummi.
Dari kecil ayah dan
ummi juga udah sibuk, meski tidak sesibuk sekarang….. tapi lumayan dari kecil
udah terbiasa ketemu ayah ummi, sore atau malam dan berpisah lagi paginya. Jadilah
sepanjang siang setelah pulang sekolah sampai sore 2 bocah, yang notabene saya
dan adik saya mengusai rumah, dengan bertengkar, bermain dan bertengkar lagi,
dan diakhiri dengan duduk2 di beranda depan rumah menunggu ummi pulang seperti
anak hilang.
Meski begitu ada hal yang ya sadari yang special di masa SD
ya. Ayah hampir selalu ada dirumah setiap shalat. Minimal shubuh, maghrib , dan
isya’. Selalu menjadi imam tiap shalat. Meski laki2 disunnahkan untuk shalat di
mesjid, meski baru saja dinas di luar kota ayah selalu berusaha untuk sholat
dirumah, mengimami keluarga kecil kami ,mengajari anak-anaknya untuk sholat,
berzikir dan mengenal Allah. Hal ini ya berapa tahun belakangan, ternyata
sangat special, tidak semua anak merasakannya. Sejak ya jauh dari rumah. Meski selepas
SD ya lebih sering jamaah di mesjid karena emang di asramakan, sholat berjamaah
di rumah dengan menjadi salah satu hal yang ya tunggu di rumah.
Saya kecil tidak pernah kehilangan sosok ayah dan ummi
karena quality time yang mereka sediakan. Meski ya sadari ayah dan ummi gak
hobi jalan-jalan jadi tiap liburan kami selalu menghabiskan waktu buat
silaturrahim ke keluarga ayah di padang. soal bermain ke pantai, gunung, danau,
atau Rajang (sungai) itu saya dengan adik lebih sering ikut rombongan sepupu2
sekaligus tetangga, berhubung ayah dan ummi lebih suka menghabiskan waktu
senggang dengan istirahat di rumah. Ya, baru-baru ini saya sadari, itu adalah
liburan yang paling menyenangkan bagi mereka setelah seminggu berkutat dengan
segala kesibukan pekerjaan.
Dibalik semua itu, seperti semua anak lainya, bagi mereka
orang tua mereka adalah orang tua terbaik di dunia. begitu juga dengan saya,
ayah ummi adalah orang tua terbaik. yang menceritakan kisah lucu sebelum tidur,
yang mengajari keberanian, ikhlas, syukur, kebahagiaan.
Dan sampai saat ini, mungkin… saya masih my daddy little girl. Masa pas ya bilang
ke ayah kalau ntar siang mau main ke kebun binatang, pesan ayah.. ati-ati yo nak, jan paneh-paneh, beko damam.
Mau gak mau denger ya meringis sendiri mendengar pesan itu. Merasa seolah diperlakukan
kayak anak kecil. (ya iyalah mainnya aja ke bonbin). Padahal menurut slide
lecture tahun lalu seharusnya saya
sekarang sudah adult, eh atau masih adolescent ya?? tapi kemudian ya sadar, Meski sangat sering
ayah mengajarkan banyak hal untuk menjadi dewasa… mungkin bagi ayah tidak ada
yang berubah, ya tetap anak gadis kecilnya yang, tidak boleh digigit seekor
nyamuk pun….
TERIMA KASIH AYAH..
TERIMA KASIH UMMI…