Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Corona, Tenaga Medis, dan Terserah

Assalaamu'alaikum...


Menuju 3 bulan pandemi apa yang terjadi? Banyak hal tentunya seperti kebanyakan wabah pada umumnya mulai dari was-was kemudian ketakutan terkena wabah disusul dengan kenaikan harga pangan disusul dengan kemunduran ekonomi, kehilangan lapangan kerja, tekanan lahir akibat kebutuhan pokok yang tak terpenuhi dan mental akibat karantina yang belum nampak ujungnya. Eit's tapi ini hanya sudut pandang dari pihak yang terkena efek tak langsung dari pandemi kalau ditilik dari sisi kesehatan. Belum termasuk dari sudut pandang pasien yang terinfeksi berat.

Kenapa akhirnya saya menulis ini? sedikit tergelitik setelah banyak warga yang protes mengenai tagar #indonesiaterserah yang sempat viral diprotes untuk banyak kalangan, dan lebih malu lagi ketika ada warga yang mengaku orang Padang (karena saya juga warga Padang kota Tercinta) menyumpahi tenaga medis menyuruh mereka tidak usah kerja daripada mengeluh meski sudah digaji. 

Saya yakin gak sedikit nakes yang andaikata bisa memilih, mereka rela tidak digaji asal diijinkan tidak bekerja hingga pandemi berakhir. Tapi itu bukan lah perihal mudah, karena mencari tenaga profesional yang bisa beradaptasi dengan lingkungan RS dalam waktu dekat bukan hal mudah dan gak mungkin juga posisi nakes itu dibiarkan kosong barang sehari saja. Selain itu tentu saja para dokter seyogyanya sudah memahami resiko pekerjaan mereka sejak pertama kali duduk di bangku kuliahan. Toh selama ini dokter bukannya bekerja tanpa resiko tak sedikit yang tertular TB-MDR, Hepatitis, HIV, atau sekedar batuk pilek biasa karena pekerjaaannya.

Tapi wabah ini penyebarannya cepat sekali mesti diklaim mempunyai angka keparahan yang rendah tapi tetap saja dengan penyebaran seperti itu kematian massal bukan hal yang tak mungkin. Karena ini adalah perang dimana semua elemen harus ikut turut andil dalam memutus rantai penyebaran sambil terus berusaha menjalankan sektor penting untuk tetap bertahan hidup dalam lingkup negara atau sekecil lingkup keluarga sendiri.

Kalau diibaratkan di medan perang, lagi diwanta wanti jangan keluar rumah ada musuh yang bersembunyi, eh malah ada yang kelayapan karena bosan. Tentu saja berbeda dengan yang terpaksa keluar karena ada perut yang harus diisi, kontrakan yang harus dibayar dan alasan lainnya tapi tentunya berkeliaran di wilayah perang harus mengikuti protokol keamanan.

keula.. keula sakedap..
Jadi, maksud Indonesia terserah itu apa sih?  Pernah gak ke rumah sakit trus disarankan rawat inap trus ngotot mau pulang, kemudian dokter mengizinkan pulang setelah diberi penganyaan mengenai resiko penyakit dll. Nah bahasa lain nya mah TERSERAH.... kalau mau pulang monggo tapi ini lho resikonya. Trus pasien balik nanya 'Boleh balik ke sini lagi gak, Dok?' dan dokternya jawab. 'Boleh silahkan pintu kami selalu terbuka

Bayangkan kalau pasien tersebut menderita corona dan ngotot pengen pulang. dan kalau balik lagi bawa keluarga semua positif sedangkan dokter gak punya APD cukup buat menangani sah-sah aja loh nakes tanpa APD memadai tidak ikut menangani pasien. Kenapa? karena itu sama aja nyuruh emak-emak ngaduk gorengan tapi gak dikasih sutil. Masuk akal gak? Tapi nyatanya banyak gak sih nakes saat ini yang APD nya gak lengkap? berani-berani aja tuh megang pasien. Salut untuk mereka. Bahkan dalam SOP penyelamatan pasien aja poin pertama nakes harus memastikan keselamatan diri sendiri (kemudian) pasien. Karenanya disebut pahlawan mungkin tidak terlalu berlebihan meski mereka hanya pakai jas hujan dan sepatu boots, bukannya palu thor atau pun jubah superman. sisi lain hal ini akan memberikan dampak jangka yang lebih luas apabila nakes tumbang dan regenerasi nakes baru tidak secepat pertumbuhan pasien dan sistem kesehatan collaps kekurangan SDM. Simalakama kan? ditolong salah kalau gak pakai APD dan gak ditolong mana tega melihat pasien eungap sedang alat bantu nafasnya tersedia.

Jadi kenapa terserah? ya itu bebal gak bisa dibilangin kalau bukan untuk urusan perut, bukan buat bayar kontrakan cuma sekedar beli baju lebaran atau nongkrong temu kangen masih keluar. Ya terserah... ntar gimana wabah berakhir yang pasti nakes masih standby kok ditempatnya selama masih kuat berdiri dibalik gerahnya baju astronout itu. 

Kondisi saat ini memang membuat senewen karena banyak sektor yang terimbas apalagi mereka-mereka yang mengais rejeki di jalanan apakah itu sebagai driver, penjual asongan atau karyawan PHK yang sekarang kebingungan dengan apa perut hendak diisi. Mungkin nakes yang sibuk di RS itu tidak mencemaskan keluarganya kelaparan karena mereka masih mendapatkan pekerjaannya, tapi mereka juga bekerja dibawah kelaparan akibat tidak bisa makan minum dan buang air selama menggunakan baju khusus itu, dengan bayang-bayang kematian karena berinteraksi dengan virus secara langsung, sambil menahan rindu pada keluarga mengharapkan pandemi segera berakhir. Warga yang kehilangan pekerjaan mencemaskan bagaimana agar kompor dapat menyala bagaimana agar tidak ada anak-anak mereka yang menderita karena kelaparan mengharapkan pandemi segera berakhir..

Jadi.. plis atulah.. jangan saling hujat.. karena semuanya adalah korban dari pandemi ini dan berharap agar segera berakhir. Kalau jengah dengan postingan nakes yang terkesan mengeluh padahal dalam hati berteriak pengen mengeluh juga, silahkan mengeluh asalkan jangan saling mencaci maki, membandingkan betapa hidup orang lain masih lebih enak dari hidup kita sendiri. Karena setiap orang mempunyai medan perang masing-masing. 

Every one fight their own battle.
 



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kare House

Sore-sore, hujan dianterin mamang becak dari stasiun kereta bandung ke paskal hipersquare. Sebenernya sih bisa banget jalan kaki, tp ngeliat mamang becaknya semangat pake jas hujan dan berdiri tegap didepan becak nya layaknya sopir limosin jiwa saya terpanggil. Jadi deh melewati jalan becek penuh lobang sana sini sama mamang becak. Tarifnya dikasih 15rb, gak tau mahal apa gak, tapi saya emang gak berniat nawar.

Di stasiun td sempat searching internet tempat makan deket stasiun bandung dimana aja. Yang paling favorit sih 'Malah Dicubo' yang emang udah terkenal dari dulu.  Tapi saya gak terlalu laper dan pengen nyoba tempat baru. Trus liat ada 'Kare house' di paskal, tempat nya disebelah three bears kafe gedung A29, dan reviewnya di internet bagus semua.

Karena perginya sendiri, saya milih di lantai atas (kalau bareng juga bakal milih lantainya atas juga sih), soalnya kesannya lebih tenang aja gitu kalo di lantai atas. Trus pas udah duduk Aa kafe nya nanya, 'untuk berapa orang mba' usil banget deh nanya-nanya kan udah liat gitu saya sendiri. Padahal mah dia mastiin doang buat ngambilin sendok sayang aja kali yang sensi.

Karena sore itu hujan, saya milih duduk di balkonnya, selain gak panas suasananya kan melankolis banget tuh, cocok banget buat yang suka melamun (seperti saya), dekor nya bagus, lantainya pakai rumput sintetik, hati-hati aja kalau ujan dan pake rok nyapu lantai, roknya bisa basah. Hiks, #curhat


Kemaren saya pesen nasi kare jamur, alias mushroom kare with rice, sama greentea latte. Nasinya bisa diganti sama udon tp harganya nambah 5rb.
Mushroom kare with rice lvl 3 

Greentea latte, 30K



Setelah menunggu cukup lama, makanan nya datang. Yeay. Kuah kare-nya udah dicampur sama wortel dan kentang dan tentu saja my favorit, jamur kuping. Diatas nasinya ditumpuk jamur krispi yang awalnya saya kira bumbu kremes, pas diicip ternyata jamur dan rasanya enaaaak, apalagi kalau dicampur sama kuah kare. Apalagi kalau dibandingin sama jamur krispi KanJat yang minyaknya meleleh kemana-mana. 

Oh ya pertama kali nyicip kare-nya rasanya familiar banget, mirip sama rasa kuah sate padang, bedanya sate padang bumbunya lebih pekat dan lebih nendang gitu. Sayangnya saya gk bisa bandingin sama rasa kare asli yang di Jepang karena emang belum pernah nyoba. Tapi kalau liat review di internet sih katanya mirip. Level pedenya bisa milih 1 sampai 3, kalau doyan pedes mah bisa level 3, tapi rasa kare nya jadi agak ketutup karena pedenya. Mending level 1. Aja kalau kurang  tinggal nambahin sambel.

Pelayan disana ramah, saya kemaren nanyain mushala,  trus diijinin sholat di VIP room di lantai 3 yang wudhu' nya di rooftop lantai 4.
Oh ya makanan disana Halal semua yaaa... 😁

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Happy three friends



Bertiga (berempat sih harusnya), ketemu lagi. Dari jaman sked sampe koas, merekalah orang yang mukanya selalu muncul di hadapan. Teman main dan teman belajar. Sama mereka udh zona nyaman banget, mau kentut, ketawa, nangis(gakpper ahsih), dan melakukan hal bodoh lainnya tanpa ragu. Pertama kali ketemu setelah 6 bulan tidak mengubah apa-apa. Gak ada cipika cipiki ala ciwi-ciwi, teriak-teriak sambil pelukan, cukup jabat tangan erat sambil tersenyum hangat. Haha eaaaaa. .
Beruntung zaman sekarang mau gosip gampang, tinggal pake jari atau mengorbankan pulsa paketan. Jadi pas ketemu kita udh biasa aja, kayak lagi jalan-jalan zaman koas bukan seperti sahabat yang saling kangen.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BREAKING BAD

My very first breaking bad
A cloudy morning, 
When every one rush to their workplace, their school 
A black sedan stopped in front of clinic 
They came up with unexpected reqeuest 
'Please confirm the death of my acquitance, ........ in my car'
What the heck, some serial killer movie just occupied my mind, why? Because I see no worry or sadness in his eyes. Is he the killer?
Despite my silly judgment I look foward, a man lying over his mom and brother (maybe) in that tiny space, he has no pulse, no breath, no warmth, dilated pupil with dry and cracked kornea. "He must be dead" I whisper my self several time. I suppose to find rigor mortis but it's seem imposible. I waited about 5 seconds. I learn that woman face, her worries, her tear and hopeless in her eyes. I touch her hand slightly and whisper her a bad word, a word that she doesn't want to hear, even for me.
"I'm sorry he's gone"
I don't know why I'm feeling sorry, because  what I said make the reality bitter because it is the reality
Than the car door closed, they are going home, with grieving for the dead body on their lap.
I'll remember her sad cry, her tears, her voice all over my head. And my feet felt like shaking.
What if my judgement wrong, 
What if he still have his life even for a tiny chance
What if he just brain dead? But well in that conditions it's dead already
But first time is always be first, 
That was my first breaking bad
Even not my first seeing dead.
But it's my first time alone
My first time to tell the family, to announce dead with my own lips
That's trully a horrible moment
Life is short
Everybody knew it, but not everybody acknowledge it

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Wanita tua dalam gubuk reot

Bukan, ini bukan cerita fiksi tentang penyihir jahat yang gemar memangsa anak-anak. Ini hanyalah sebuah kisah nyata, secuil dari kenyataan sekitar kita.

Seorang nenek terbaring, lemah di gubuk kayu miliknya. Sepotong kain sarung usang menutupi sebagian kecil auratnya. Ah, bagi nenek setua itu hukum aurat tidak berlaku lagi baginya.

Sesaat setelah mataku bersirobok dengan nenek itu, sejenak aku melihat sekitar. Rumah ini hanya terdiri dari 1 ruangan tidak bersekat. Sebuah kasur kapuk tua yang sudah tipis dan terlipat. Sepertinya itu bukan milik si nenek, dia terlihat tidur dengan bantal luar biasa kumal yang menyangga kepalanya sekarang. Beberapa teko dan gelas plastik tergeletak 2 meter dari nenek tadi. Beberapa lemari tua tampak di sudut rumah, dan sebuah pintu di bagian belakang rumah langsung menuju ke halaman luar. Rumah ini jelas bukan rumah tanpa jendela, ada 2 bilah papan yang didesain sebagai jendela namun tidak digunakan sebagaimana fungsinya. Nenek tua itu pasti tak sanggup dan siapapun yang tinggal dengannya nampaknya juga tidak peduli untuk membuka jendela.

Ini kali kedua aku kesini,  kali pertama aku menemukannya terbaring kesakitan dengan kaki, dan perut yang membengkak. Duhai gusti, pasien dengan gagal jantung seperti ini harusnya sudah dirawat di rumah sakit. Namun yang menjadi masalah adalah tidak ada yang bisa menemaninya saat dirawat, meskipun pemerintah bisa mengratiskan biaya, siapa yang akan menjaganya dI rumah sakit?

Kali ini saat aku kunjungi kondisinya nenek sudah baikan namun tetap saja masih ditemukan pembengkakan di kedua kakinya, meski sudah berkurang dari 1 minggu sebelumnya. Kagetnya, tangan kiri si nenek bengkak maksimal. "Lah ini kenapa? Kok tetiba eden lokal begini?" Usut punya usut nenek ini dengan santainya mengatakan kalau dia digigit kaki seribu beberapa hari yang lalu saat membersihkan sampah.

Membersihkan sampah? Dengan kondisi begini? Namun mau bagaimana lagi tidak ada anak cucu yang mampu mengurus orangtua yang sudah mengurus mereka hingga dewasa. Bagaimana jika itu nenek saya? Atau ibu saya? Atau diri saya sendiri kelak, ya Allah. Hanya berdecak miris dan kasihan  tidak dapat membantu apa-apa. Untungnya hidup di kampung beberapa tetangga masih dapat membagi rizki mereka sekedar untuk makan si nenek. Untuk urusan menemani di bangsal rumah sakit ketika nenek ini harus dirawat tentu saja merupakan permasalahan yang berbeda.

Menghubungi panti sosial mungkin adalah keputusan yang terbaik, meski belum dicoba semoga nenek ini bisa mendapatkan yang terbaik #hosh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tarusan Kamang, si Danau Labil

Sekilas foto diatas hanya tampak seperti 2 gadis narsis, lagi foto di danau duduk diatas rakit reot plus abang-abang tukang rakit yang sok-sok an candid. Terlihat sangat biasa bukan?

Yang luar biasa adalah danaunya, danau di daerah Tilantang Kamang, kab. Agam Sumatera Barat ini baru muncul 1 bulan yang lalu sebelum kami bertandang kesana. Ya danau ini memang sangat labil untuk ukuran danau. Dalam waktu yang tidak bisa diprediksi sebuah dataran cekung yang tiba-tiba diisi oleh air. Menurut warga setempat, sebelum cekungan yang awalnya hanya padang rumput luas ini berisi air terdengar suara gemuruh seperti guntur dari bebatuan di bawah bukit dan kemudian perlahan tapi pasti danau akan cekungan tadi akan terisi membentuk danau yang luas. Kapan air nya surut dan kapan munculnya belum ada yang benar-benar meneliti. Namun setiap danau ini muncul biasaya banyak ikan yang mulai berhabitat disana. Akhirnya masyarakat setempat membuat kolam-kolam ikan di tanahnya masing-masing yang berada di cekungan danau dan dengan kearifan lokalnya ikan manasaja yang berakhir di kolam seseorang maka ia akan diklaim sebagai milik empunya kolam.

Meski sudah mulai dikelola oleh pemerintah, danau ini masih terlihat 'sangat alami' alias masih banyak aspek yang perlu di perbaharui agar tempat ini menjadi lokasi wisata yang lebih nyaman.

Sedikit mengenai danau bermuka dua di tarusan kamang ini, meski bukan bidang saya tapi jaman sekarang ini internet cukup menjelaskan secara kasar mengenai asal muasal sebuah danau. Danau ini merupakan danau karst, yaitu danau yang terbentuk dari bebatuan kapur. Biasanya batu kaput ini akan tergerus oleh hujan dan membentuk sungai-sungai kecil dan kemudian menjadi danau. Biasanya bebatuan kapur mudah ditemukan di wilayah pantai atau pegunungan kapur.

 Yang menjadi keunikan dan danau karst di tarusan kamang ini karena setelah ada yang meneliti (akhirnya ada juga yang meneliti , memang ya wilayah pelosok di nusantara ini masih banyak yang belum terekspos. Terimakasih kepada sosial media dan internet), danau ini terhubung langsung dengan sungai-sungai bawah tanah.

Setiap mendengar kata sungai bawah tanah selalu terbayang pelajaran geografi mengenai lapisan-lapisan bumi. Pernah nonton film Sanctum? itu lho film ttg ekspedisi sebuah gua di papua yang terhubung dengan sungai bawah tanah dan ternyata mempunyai jalur kelas lepas. Jadi menurut saya fenomena danau labil yang hilang timbul dan terhubung dengan sungai bawah tanah itu keren. Menurut anda?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Anak-anak, enggrang dan rel kereta api.

Suatu sore di sudut kota Padang, langit sudah mulai menunjukkan keanggunan warnanya. Semburat merah, oranye, biru, putih membaur menunjukkan warna masing-masing. Lalu lintas sibuk, hari ini sabtu sore, sebagian dari mereka bergegas mengemasi diri bersiap untuk akhir pekan yang tertunda, sebagian lagi memang sedang menikmati akhir pekan disini, entah karena mereka memang penduduk daerah ini atau hanyalah menggunakan jalan yang sama seperti saya. Bus yang saya naiki bergerak pelan.  Manusia sibuk lalu lalang, isi kepala mereka seperti penuh dengan pikirannya masing-masing.  Diantara kesibukan sore itu 5 orang anak berjalan beriringan menyusuri rel. Setiap mereka memegang tali dengan batok kelapa diujung nya. Enggrang. Ya mereka membawa enggrang sederhana buatan sendiri. Sudah lama saya tidak melihat alat seperti itu setelah pemandangan anak dan remaja duduk diam menatap gadget sudah menjadi pemandangan biasa yang membosankan, siluet 5 orang anak ini begitu menarik.  Lima orang anak yang berjalan beriringan, postur mereka menunjukkan bahwa mereka sedang asik berbincang. Bagaimana rel kereta disore hari membuat mereka seakan-akan berada di tengah frame, yang dibingkai oleh warna warni langit yang menawan. Berharap dapat membekukan momen ini dalam bentuk digital, bus sudah terlanjur melaju.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

when universal coverage does not cover universally (part 2)

"karena DBD sudah masuk ke kategori KLB, dok", jawaban perawat setiap pertanyaan serupa terlontar.


dalam daftar list penyakit yang tidak ditanggung JKN, kejadian luar biasa, bencana alam, dan kecelakaan lalu lintas memang tidak termasuk dalam 'jaminan' yang dijanjikan. pemberlakukan sistem jaminan kesehatan ini bersifat wajib dan dipaksakan untuk semua warga negara, namun sepertinya sosialisasi tentang keuntungan dan kerugian penggunaannya masih belum jelas. Masyarakat sebagai konsumen harus tahu sesakti apa kartu dengan lambang BPJS di tangan mereka, dan apa batas kekuatannya, begitu juga tenaga kesehatan. Memaksakan tenaga kesehatan untuk terus melakukan tugas mereka tanpa tahu apakah jasa dan waktu yang mereka berikan dapat menjamin kehidupan keluarga mereka.

Sebagai tenaga kesehatan saya sendiri termasuk pro terhadap bpjs. Bagi sebagian besar pasien dengan penyakit kronis menahun, yang memerlukan pengobatan rutin, atau pemeriksaan laboratorium komprehensif yang seyogyanya menggali kocek lebih dalam BPJS tentu sangat membantu.  Atau pasien gawat darurat yang datang ke fasilitas yang tepat, keberadaan BPJS kesehatan sebagai insurance is assurance enough.
Diluar semua kekurangan sistem,  manajemen, kerempongan administrasi, dan kesenjangan dana besar harapan saya agar bpjs ini dapat tumbuh dari berkembang menjadi lebih baik, membuat warga negara nya merasa aman saat mereka harus sakit kapan saja,  Semoga. ..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

When universal coverage does not cover universally (part 1)

Katanya, di negaraku ditargetkan agar semua warganya mempunyai asuransi kesehatan. Negara tercintaku yang masih dalam masa tumbuh kembang ini ingin mengikuti langkah negara maju. Negara yang bisa memberikan rasa aman ada warganya saat mereka harus sakit. rasa aman dari biaya rumah sakit dan rasa aman dari diterlantarkan oleh fasilitas kesehatan karena tidak mempunyai jaminan.
Untuk hal itu diperlakukanlah BPJS, badan penyelenggara jaminan sosial, mereka mengadakan program JKN yang merupakan program Jaminan Kesehatan Nasional. Wow, bayangkan mereka menjamin kesehatan secara nasional, yang berarti semua warga negara terdaftar akan dijamin kesehatannya. Sebuah langkah besar bagi negara yang masih berkembang. Tak apa, negara ini sudah resmi berdiri sejak 1945, tidak salah jika kita berusaha mencoba menjadi lebih baik lagi.
Karena JKN merupakan sebuah program asuransi, maka ditetapkanlah iuran perbulan. Disediakan 3 kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing. setelah membayar iuran warga negara akan diberikan kartu dengan lambang BPJS dan JKN yang di cetak diatas kertas HVS. Pemerintah memberikan tunjangan kesehatan pada pegawai sipil berupa Askes yang sekarang telah disatukan dengan BPJS, kartu askes lama masih dapat digunakan karena nomor kartunya telah diintegrasikanpada BPJS. Pemerintah juga memberikan jaminan kesehatan bagi yang tak mampu untuk bayar iurannya berupa Jamkesmas, Jamkesda, Jamkespral semua nya digabungkan dalam satu badan penyelenggara yaitu BPJS. BPJS mengeluarkan kartu saktinya berupa KIS alias kartu indonesia sehat bagi yang tak mampu. Harus diingat, untuk mendapatkan KIS ini anda harus terdaftar sebagai warga miskin di kelurahan setempat dan mempunyai surat miskin. Hubungan yang tidak baik dengan ketua lurah dapat mengakibatkan kehilangan akal saat dokter memvonis anda mengidap penyakit yang membutuhkan biaya besar.
Dengan semua kartu sakti itu, masyarakat mengira terjaminlah mereka dalam urusan kesehatan, setiap harus berkunjung ke rumah sakit.
“Maaf Pak, apakah anda mempunyai rujukan dari puskesmas atau dari dokter keluarga yang terdaftar di BPJS anda?” 
Pasien kebingungan ketika ia berobat ke rumah sakit di daerahnya, berharap mendapat pengobatan langsung dari dokter spesialis menggunakan jaminan kesehatan yang mengklaim akan menjamin biaya pengobatannya. Namun apa lagi ini? Surat Rujukan?
Sistem rujukan bertingkat ini sejatinya bukanlah program BPJS, hanya saja ketika sistem ini diberlakukan BPJS juga mulai diperkenalkan, sehingga mereka menjadi terintegrasi satu sama lain. Sejatinya sistem rujukan bertingkat ini berfungsi untuk menguntungkan semua pihak. Sebelumnya rumah sakit tipe A, lebih serupa dengan puskesmas raksasa. Ketika orang dengan batuk pilek biasa ingin diobati oleh dokter penyakit dalam dengan subspesialis mikrobiologi molekuler. Ketika pasien dengan demam dengue berebut ruang rawat dengan pasien penyakit ginjal kronis dengan gejala akut, rumah sakit sebesar itu akan menjadi overload. Saat itu sudah menjadi pemandangan biasanya ketika di lobi rumah sakit dipenuhi pasien yang terbaring diatas bed menunggu bed kosong di bangsal, litterally mereka di rawat inapkan di lobi rumah sakit, tanpa terdaftar sebagai pasien, tidak divisite oleh dokter atau dikontrol kondisinya oleh perawat. Hal seperti itu hanya menjadikan rumah sakit semakin ‘sakit’
Di sisi sebaliknya sistem ini menuntut dokter layanan primer untuk menjadi lebih terampil menangani kasus sesuai dengan kompetensinya dan juga diminta untuk lihai merujuk pasien diluar kompetensinya sesuai dengan spesialiasi yang dituju. Menangani pasien yang diluar kompetensinya berarti tidak ada jaminan biaya dari BPJS, merujuk pasien dengan diagnosis yang harus selesai di tangan dokter umum membuat RS yang menerima tidak akan mendapatkan klain atas pasien yang dirawatnya
“Dok, mulai bulan April ini pasien dengan diagnosis deman dengue tidak mendapat klaim BPJS” kabar buruk dari perawat ruangan. Jika pasien dengan DB tidak dirawat di RS tipe C dimana mereka akan dirawat? di puskesmas yang tidak semuanya mempunyai fasilitas rawat inap? di RS tipe D yang sama sekali tidak ada, atau tidak menerima pasien BPJS karena mereka merupakan RS swasta yang tidak mau dibuat bankrut oleh BPJS. Atau sudahkan BPJS memberikan pelatihan pada warga negara ini untuk melakukan cek trombosit, HB dan hematrokrit  mandiri secara berkala dan melakukan resusitasi sendiri apabila terjadi syok?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tersengat Anemon


Waktu masih bocah dulu, entah pernah baca di Bobo atau di buku ilmu buku ilmu pengetahuan khusus anak-anak yang isinya gambar semua saya tahu bahwa anemon laut itu beracun, hanya ikan badut yang sekarang ini lebih dikenal dengan nama ikan nemo sejak kartun disney ikan badut yang menjelajah samudra mancari anaknya itu muncul. Nah, berarti sejak belasan tahun lalu (kok berasa tua amat ya, haha) fakta bahwa si anemon itu beracun, saya suah tahu, dan dodolnya ketika ketemu di laut (ceritanya habis snorkling di Karimun Jawa-pamer) pas lagi foto-foto sama rumah nemo, rumahnya aku grusuk sembarangan, pas naik ke permukaan kulit tangan jadi perih dan langsung curiga sama anemon. Ternyata selidik punya selidik teman-teman yang lain juga mengeluhkan hal yang sama perih dan merah pada kuilt mereka, lebih parahnya lagi yang kena kulit paha yang emang lebih sensitif dibanding tangan. Salah sendiri ngapain berenang pake celana pendek, pake gamis noh, muehehehe.

Sebagai mahasiswa kedokteran yang sudah lulus, tapi belum disumpahi jadi dokter, kita berlima mearasa sangat dodol karena tidak bawa obat apa-apa untuk hal-hal seperti ini. Rata-rata hanya membawa paracetamol sama antimo. Daan, dodolnya lagi kita juga gak tau mau ngasih apa kalau disengat anemon, hahaha akhirnya dengan berbekal rasa malu, google dan harapan buat main ke laut lagi saya mencari hal-hal yang berhubungan dengan penangan pertama pada sengatan hewan-hewan laut.
dikapslok ya  biar jelas inti ceritanya apa

PENANGANAN PERTAMA PADA KECELAKAAN LAUT (gk kecelakaan laut juga sih, ini biar keren aja)

TERSENGAT ANEMON
Ini nih yang sudah membuat kulit kita muncul bruntus-bruntus perih mencurigakan, merah atau ungu. Gejalanya bisa cepat atau delayed, juga harus diperhatikan jenis makhluk yang menyengat, karena toksinnya berbeda-beda tiap spesies
tanda-tanda yang sama akan muncul pada tersengat ubur-ubur atau tentakel lainnya, kalau mau nyari secara ilmiah kata kuncinya 'Cnidaria envenomation', kalau medscape bisa liat disini http://emedicine.medscape.com/article/769538-treatment#d9
Reaksi muncul diakibatnya oleh nematokista yang di eksosotosis dari tentakel tersangka.
       Untuk pentalaksaan sementara dapat menggunakan cuka atau asam asetat 4-6% pada daerah yang terkena selama paling tidak 30 detik. Merendam dengan air hangat pada suhu 40-45 C selama 20 menit juga dapat mengurangi gejala akibat C barnesi and Physalia (itu sejenis ubur-ubur) . Tidak disarankan menggunakan urin, ethanol, methylated spirit.
     Kalau ada tentakel yang nempel, gunakan cuka atau cabut dengan forcep. harus diperhatikan apabila tentakelnya masih hidup, karena toksin nya masih akan keluar sampai beberapa jam kedepan.

Apabila yang muncul hanya berupa gejala lokal, yang mana symptomnya biasanya mild, dapat digunakan salep. Bersihkan dahulu daerah yang terkena dengan air laut, oles tipis salep hidrocortisone 2.5%, sampai gejala hilang, apabila setelah 2-3 hari tidak hilang, sebaiknya cari pertolongan medis. Apabila tidak tersedia, dapat meminum MP atau dexa, tapi obat-obat ini tidak untuk dikonsumsi jangka panjang, hanya untuk menghilangkan efek inflamasi. Untuk nyeri dapat menggunakan PCT, atau ibuprofen.

bagi para petugas medis, terutama dokter intership yang mencari lokasi iship dekat pantai agar bisa sekalian liburan, dan dengan sialnya lagi jaga di IGD, hal yang harus anda perhatikan adalah

  •  Tentukan tingkat keparahan, apakah pasien me(merlukan alat bantu kardiovaskular atau tidak
  • Apakah tentakel sudah dilepas
  • terapi apabila terdapat reaksi anafilksis degnan ABC dan efinefrine
  • wound care dan AB profilaksis
  • Baking soda efektif terhadap sengatan sea nettle (Chrysaora quinduecirra)
  • ATS TT
  • antihistamin dan salep corticosteroid untuk keluhan gatal
kalau ketemuya tersengat ubur-ubur jenis C. fleckeri, biasanya ada antivenomnya. isinya konsentrat Ig, indikasinya untuk menghindari efek neurotoksis dan miotoksik
antivenom diberikan sebanyak 3 ampul diencerkan 1:10 dengan NaCl, IV. Untuk cardiac arrest dapat diberikan sebanyak 6 ampul.

Ya ampun, anemon ama ubur-ubur aja, habis 2 halaman

selanjutnya,

2. Bulu Babi/ bulu landak/ sea urchin

Makhluk seperti rambutan busuk ini mempunyai duri sebagai mekanisme pertahanan mekanis dan juga dapat mengeluarkan racun dari sisa duri yang tertinggal. pastikan bulu babi tercabut dari tubuh yang terkena, hati2 apabila hendak melepaskan duri yang tertancap, gunakan sarung tangan atau alat bantu. Menghancurkan duri menjadi partikel kecil dengan memukulnya pada benda keras akan membantu tubuh untuk menyerap duri, untuk mempercepat proses penyembuhan.


  • Untuk pertolongan pertama, dapat diberkan amonia cair, apabila tidak tersedia, dapat digunakan amonia yang terkandung dalam air kencing. Disarankan untuk menggunakan air kencing pasien/korban, karena jijik kalau pake air kencing orang lain.hehe. Cara penggunaannya tinggal disiram, namun tetap disarankan untuk segera melakukan perawatan ke pelayanan kesehatan unutkmencegah infeksi sekunder
  • berikan TT


  • gunakan air hangat untuk meredakan nyeri. Air hangat  ( 114 F atau 45 C, tidak kurang) juga dapat mngurangi efek toksin.
  • apabila terdapat luka, beberapa sumber menyarankan untuk memberikan tekanan untuk menghentikan perdarahan, dapat menggunakan compression bandage
  • dapat menggunakan analgesik topical untuk mengurangi nyeri dan AB topical seperti gentamisin untuk profilaksis


referensi:
http://emedicine.medscape.com/article/769538-treatment#d9
http://emedicine.medscape.com/article/770053-treatment#d10





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rumah Sakit

I used to hate hospital, paling tidak ketika sudah mengenakan toga S.ked, bagi saya rumah sakit masih tidak menyenangkan.
Dulu bocah kecil kurus ini memang lumayan sering sakit, sekali dua kali terpaksa harus menginap di rumah sakit, dengan diagnosis thypoid. Merasakan malam di rumah sakit yang mengerikan, dan makanan rumah sakit yang lebih mengerikan lagi ditengah tubuh yang lemas karena kalah perang melawan kuman salmonella. Selanjutnya, entah kenapa setiap demam tinggi (yang selalu datang ketika malam dan baikan pagi harinya), diikuti dengan gangguan pencernaan, juga batuk pilek ringan saya hanya dibawa ke tempat praktek dokter terdekat dan bed rest di rumah. Sejak itu saya mulai merasa asing dengan suasana rumah sakit. Setiap menjenguk kerabat ke rumah sakit, setiap melihat tulisan 'anak berumur dibawah 7 tahun dilarang masuk', saya merasa rumah sakit bukanlah tempat yang bersahabat untuk manusia , apalagi anak-anak.

(skip)

Tiba2 waktu membawa saya kesini, mempelajari ilmu tentang manusia dan bagaimana caranya untuk memperbaiki kualitas hidup manusia terutama dari sisi kesehatan. Tidak mutlak memang, namun lebih dari 50% kemungkinan masa depan saya akan berada di rumah sakit berinteraksi dengan pesakit dengan jutaan kuman yang bertebaran disana. Dimulai dari sekarang, meski baru berperan sebagai asistennya asisten. Tidak secara langsung berhubungan dengan pasien, namun hampir setengah dari 24 jam jatah bernafas saya dalam sehari dilakukan di rumah sakit (ditambah dengan porsi jaga malam) ada sisi baru rumah sakit yang saya tangkap.

Rumah sakit ternyata bukan hanya tempat para kuman bertebaran (seperti yang saya kira dulu), tapi disana ada harapan. Harapan untuk kesembuhan dari keuarga pasien untuk orang-orang yang mereka cintai yang terbaring lemah di bed rumah sakit.

Disana terlihat besarnya pengorbanan orang tua menunggui anaknya yang sakit, berhari2 bahkan berbulan-bulan melupakan fisik mereka sendiri yang juga lelah.

Disana terlihat bagaimana seorang anak membuktikan baktinya pada orang tua mereka yang renta, terbaring sakit, saat mereka anak-anak yang sudah dewasa itu mempunyai kehidupan sendiri dengan keluarga kecil mereka mereka tetap merawat orang tua dengan rasa sayang dan hormat yang tidak dikurangi dengan semua masalah keuangan, waktu dan anak2 mereka yang masih kecil dan ditinggal dirumah.

Di rumah sakit sering terlihat wajah dengan kesedihan mendalam, wajah2 kehilangan yang tidak rela kehilangan, penyesalan, atau yang berusaha tegar meski dengan air mata di pelupuk mata, wajah2 yang berduka.

Tapi juga ada wajah yang berseri bahagia, memandang penuh kagum menyapa makhluk kecil yang telah mereka nanti selama 9 bulan, seorang laki2 yang terlahir kembali sebagai seorang ayah menyenandungkan azan dengan canggung di samping makhluk kecil yang terdiam bingung di dalam inkubator. Haru.

Ada perjuangan demi antrian peringanan biaya rumah sakit, bersaing antrian dengan pasien lain demi bpjs yang sistemnya masih terlalu muda untuk dikatakan bagus.

Ada kesenjangan status sosial yang membedakan fasilitas dan pelayanan yang didapat. Miris memang membandingkan ward kelas terendah yang seperti pasar dengan ward kelas tertinggi yang seperti kamr hotel berbintang, di bawah satu atap rumah sakit yang sama. Sebuah pr besar bagi sistem dan pelayanan kesehatan Indonesia.

Di rumah sakit terjadi banyak peristiwa besar dalam kehidupan manusia, lahir, melahirkan, dan kematian. Hanya pernikahan yang tidak dilangsungkan disana (kecuali bagi fachri dan maria di buku aac-nya habiburrahman😁).
Hal kecil yang bisa membuat saya bersyukur bisa menyaksikan semua itu. Alhamdulillah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Koas anak- Tak Tergantikan#2


“Langit tinggi bagai dinding, lembah luas ibarat mangkok, hutan menghijau seperti zamrud, sungai mengalir ibarat naga, tak terbilang kekayaan kampung ini. Sungguh tak terbilang. Maka yang manakah harta karun paling berharganya?”
“Wak Yati tidak sedang bicara tentang harta karun seperti yang selama ini dipahami banyak orang. Itu bukan tentang berjuta ton batubara yang terpendam di bawah tanah kami, beribu kilogram emas dan perak, ribuan hektar hutan-hutan sawit, itu juga bukan tentang koin-koin emas keluarga Van Houten yang ditemukan di loteng masjid kampung atau celengan indah naga dan peri-peri milik Nek Kiba”
“Kamilah harta karun paling berharga kampung”
“Anak-anak yang dibesarkan oleh kebijaksanaan alam, dididik langsung oleh keseharnaan kampung. Kamilah generasi berikut yang bukan hanya memastikan apakah hutan-hutan kami, tanah-tanah kami tetap lestari, tapi juga apakah kejujuran, harga diri, perangai yang elok serta kebaikan tetap terpelihara di manapun kami berada” – tere liye dalam serial anak mamak ‘Pukat’

Anak-anak, begitu Wak Yati menghargainya, mengikhlaskan dua orang anaknya dan turut berbahagia dengan anak-anak lain yang selamat dari sandera para penjajah. bukan ini bukan tentang resensi novel atau sejenisnya. Hanya sebuah cacatan kecil mengenai stase koas selama 9 minggu menyaksikan anak-anak keluar dan masuk rumah sakit dengan penyakit yang menawan keceriaan mereka. Ya ini masih cerita tentang koas anak.

Masa kanak-kanak merupakan fase paling menakjubkan dari seorang manusia. Terlebih ketika dalam kandungan bayangkan dalam 9 bulan segumpal darah dalam ukuran mililiter tumbuh, berkembang, membagi dirinya, berpindah dari atas ke bawah dari bawah ke atas, ketempat mereka yang seharusnya dan kemudian lahir dengan panjang ±50 cm. Bayangkan tinggimu bertambah 50 cm dalam 9 bulan. Kemudian lahir bayi lain yang terlalu cepat dari yang seharusnya. Mungkin kau sebut itu prematur, mungkin bagi para dokter itu pre term dan perlu perhatian khusus, tapi baginya itu perjuangan. Udara masih terlalu asing untuk dihirup, paru-paru masih terlalu lemah hanya untuk sekedar kembang kempis, hati yang bekerja keras membuang sisa darah dari ibu yang sudah tidak terpakai lagi. Bayi baru lahir yang terengut dari kenyamanan rahim yang melindunginya selama ini terpaksa untuk menangis namun terlalu lemah sehingga harus diberikan stimulus terlebih dahulu. Mungkin ia akan berhari-hari bahkan berminggu-minggu berada dalam inkubator, tapi entah mengapa setiap melihat perut mereka yang mencekung setiap mereka berusaha bernafas disanalah perjuangan bayi-bayi itu terlihat mengharukan.

Setelah lahir mereka masih punya 3 tahun kesempatan emas yang menakjubkan ‘golden period’. Di sana mereka mulai belajar mengenali wajah ibu mereka mereka, mengetahui bahwa benda berwarna merah itu adalah apel, mengeja kata-kata, tertawa riang saat kedua kaki mereka bisa berdiri diatas tanah. Ratusan ribu memori baru itu terbentuk, tersimpan dalam saraf-saraf otak mereka hingga dewasa. Saat kau melihat anak-anak yang memiliki takdir berbeda. Kesulitan menggunakan kedua kakinya untuk berdiri, kesulitan untuk menggerakkan lidahnya meski hanya untuk memanggil mama, atau tidak dapat mengejar perkembangannya agar setara dengan usianya.

Menyaksikan dengan mata kepala sendiri anak-anak dengan segala kekurangan mereka, tentu membuat kami ‘para koas baru-yang baru saja bertemu dengan kenyataan’ bersyukur berkali-kali dengan kenyataan bahwa kami berdiri di sini, dengan semua fungsi organ yang lengkap, perkembangan yang sesuai dengan usia, dan otak yang meski tidak dapat mengingat semua pelajaran dengan baik dan benar tapi masih berada dalam batas normal alias dbn.

Tidak ada yang bisa memastikan masa depan anak-anak itu akan sama seperti teman-teman sebaya, namun juga tidak ada yang bisa mengatakan mereka tidak seberharga anak-anak yang tumbuh normal di luar sana, mereka tetap sama berharganya. Anak-anak sampai kapan pun akan tetap menjadi harta karun paling berharga.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Koas anak- TAK TERGANTIKAN #1


Satu hal yang mungkin saat itu hilang dari perhatian para petugas yang sibuk lalu lalang di IGD. Selain pasien yang pastinya pusat perhatian di ruangan itu, para dokter yang sibuk dengan statusnya, para koas yang lalu lalang entah ngapain, para perawat yang bolak-balik ngeinfus, dan petugas lainnya. Ada orang tua pasien (oh ya stase pertama saya di departemen anak, jadi ini ceritanya lagi di IGD anak). Ada beberapa orang tua yang masuk dengan anaknya pada senin pagi, masih ada ketika malamnya saya jaga malam, besoknya ketika lagi di divisi emergensi orang tuanya masih ada disamping anak mereka yang masih dalam kondisi gawat darurat.

Para dokter boleh bergadang, bertanggung jawab untuk tetap terjaga malam itu, memastikan mereka melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan profesi mereka. Para dokter boleh merasa sangat lelah karena tugas mereka menumpuk sangat banyak, boleh jadi mereka kehabisan energi, karena memikirkan diagnosis dan tindakan yang akan dilakukan untuk pasien, boleh jadi mereka stres karena kehidupan pribadi mereka yang terganggu karena hampir 72 jam di rumah sakit. Tapi ada apa dengan orang tua pasien. Mereka mungkin tidak perlu memikirkan apa-apa yang berhubungan dengan teori macam-macam penyakit. Tidak ada yang memaksa mereka untuk tidak tidur. Tapi apakah mereka dapat tertidur meski dipaksa? Meski mereka tertidur akankah mereka tertidur dengan nyenyak? Mereka mengabaikan rasa lelah  dan tetap bertahan disamping tempat tidur anak mereka. Menenangkan anaknya saat ia rewel karena rasa sakitnya dan berharap agar rasa sakit itu dapat dipindahkan pada mereka, agar anaknya tidak lagi merasakan sakit. Saat dokter memperhatikan semua selang dan alat-alat yang menempel pada tubuh pasien, orang tua hanya akan memperhatikan hela nafas anaknya yang berat dan merasakan sakit dibalik dadanya melihat perjuangan anaknya yang menyakitkan.

Lelah memang tapi tak ada yang mengalahkan lelah lahir batin orang tua pasien. Menyaksikan pemandangan seperti itu, tiba-tiba terbayang anak yang sudah sehat, beranjak dewasa dan kemudian memilih untuk tidak mendengar kata-kata orang tuanya, melupakan pengorbanan orang tuanya saat menemani mereka yang sakit di masa lalu. Semoga di masa depan, anak-anak yang terbaring sakit di ranjang IGD hari ini, atau yang berhari-hari terbaring lemas di bangsal rawat inap, tetap mengingat pengorbanan dan kasih sayang ayah ibu mereka, semoga.

#p.s terima kasih ayah, ummi untuk setiap energi ekstra yang dihabiskan ketika saya saya sakit :’)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Koas anak-TAK TERGANTIKAN #intro


Sebuah simulasi kecil kehidupan yang kemungkinan besar akan saya lalui dimulai. Istilah bekennya ‘koas’, kadang-kadang pakai embel-embel ‘dek’, kalau pengen terhormat dikit bisa dipanggil dokter muda. Dimulailah perjalanan pertama di dunia klinis setelah 3.5 tahun bergerumul dengan pasien-pasien khayalan yang mempunyai nama serupa dengan diagnosis penyakit, menumpuk handout hasil tugas baca teman setutor (atau tutor orang), akrab dengan flipchart dengan tulisan ala kadarnya, dan mengasah keterampilan menghadapi pasien bohongan yang sudah di skenario, atau paling banter teman sendiri.

Sekarang, semua hapalan yang mungkin sudah lama tak diulang itu harus dibongkar lagi ketika diperlukan. Banyak ilmu klinis baru yang harus dipelajari, dilatih. Bukan lagi dengan pasien-pasien sehat, atau pasien-pasien kertas yang tidak akan rugi apa-apa kalau salah melakukan tindakan. Kehidupan rumah sakit dimulai. Rata-rata masuk jam 7 pulang jam 4, jam normal kantoran. Beberapa departemen punya gaya masing-masing, bisa masuk jam 5 pagi, atau bisa pulang jam 1 siang, atau malah pulang setelah matahari lama tenggelam.

Pernah sekali waktu, saya berada unit gawat darurat selama hampir 36 jam dan dilanjutkan 9 jam besoknya setelah sempat mengistirahatkan tubuh di kosan semalaman. Capek? Ya iyalah, semua koas memang harus merasakan pengalaman 36 jam tertahan di rumah sakit minimal sekali seminggu, meski ada akan ada waktu untuk makan, solat, mandi dan istirahat alakadarnya. Kalau denger cerita residen (dokter yang lagi ngambil program spesialis panggilanya residen),  perjuangannya lebih mati-matian lagi. Secara profesi mereka adalah asisten konsulen (dokter yang udah spesialis), dan koas adalah asisten dari residen, jadi emang koas itu adalah asistennya asisten. Tapi para residen ini yang secara langsung memberi intruksi tindakan pada pasien setelah konsultasi pada konsulennya, dan koas sedia kaki tangan untuk siap-siap asistensi ini-itu sambil curi-curi belajar dari tindakan yang dilakukan residen. Kalau beruntung bisa dapat bimbingan dari residen yang baik hati.

Setelah wara-wiri menangani pasien IGD sambil terus memantau perkembangan pasien, nah saatnya para residen sibuk dengan status-status yang harus ditulis dengan tulisan tangan, berlembar-lembar pula, mengertilah saya selain kenapa tulisan dokter makin lama makin gak jelas. Perjuangan ini yang sebenarnya sudah terlihat gak manusiawi lagi, emang harus dilakukan para dokter residen untuk profesinya. Kita para koas?  Ya mirip-mirip begitu sih, tapi masih lebih manusiawi sepertinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Coffe for wound care management

"Kopi efektif mengobati luka, murah, simple. Bedanya dengan madu yang juga mempunyai efek penyembuhan yang serupa. Kopi mempunyai efek pewangi" -prof hendro

Kopi cenderung menyerap cairan inflamasi yang muncul pada luka.

Waktu kecil saya ingat cara tradisional yang sering digunakan ibu-ibu ketika jari kaki mereka luka atau cantengan. 
Waktu itu jelas saya tidak mengerti kenapa, tampak luarnya malah menjadi lebih mengerikan, luka yang kadang bernanah malah ditambal dengan kopi yang warnanya hitam pekat. Ternyata hari ini saya mengetahui ternyata kebijaksaan turun temurun yang saya kira hanya sekedar mitos. Kopi mempunyai efek terapeutik yang bagus untuk mempercepat proses inflamasi

Posted via Blogaway

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS