Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

wildan mujahidil khudri (versi ayah)







Pulangnya Pemuda Surga; Ketika lahir sendiri (tanpa bidan) 31 Oktober 17 tahun lalu siang pukul 12.00 siang kakaknya Ghaniyyatul Khudri (yaya) meneriakkan kepadaku yang bergegas menuju rumah kami, "yah, adik yaya lah lahia, laki-laki , putih, rancak!" Aku bahagia dan bersykur, setelah ku azankan, aku buka Alquran, kutemui kalimat "Wildan Mukhalladun" terjemahannya Anak Muda Sorga Yang Tetap Muda. Hati ini tergerak mengambil kalimat itu untuk jadi nama putra ku yang baru lahir. Nama itu aku tambahkan dengan Mujahidil, dengan doa dia akan menjadi pejuang kebaikan. Kami didiklah ia dengan penuh suka cita, Wildan tumbuh dan berkembang, kami bertekad anak-anak harus dibekali dengan 'spirit' keilahian. Kami salat berjamaah, nyaris setiap waktu. Tamat Sekolah Dasar Wildan masuk pesantren Sabbihisma, tiga tahun belajar tingkat SMP Islam yang telah menanamkan dasar keilahian, test ke SMA Padang Panjang, namun lulus di SMA Cendekia, tapi Wildan memilih di SMA 2 Lubuk Basung karena sangat ingin berdekatan dengan ayah dan uminya. Selama hampir tiga tahun Wildan bersama kami, hari-hari rutinpun kami lalui, ada ceria, bahagia, ketawa, garah-garah, kadang cemberut bahkan bentakan ayah dan uminya, namun kami mengira Wildan adalah masa depanku, dia investasi kami. Sejak SMP aku sudah melebihan Wildan, masuk 10 besar di kelas IPA, tapi Wildan bukan itu prestasi Wildan yang sesungguhnya. Dia anak yang disukai banyak sahabatnya, walau awalnya aku tidak percaya dia bilang punya banyak 'fans', dia anak yang sopan dan suka senyum, suka menolong dan bersahabat lintas kelas, dia imam salat zuhur dan salat, Wildan sering mengomandoi kawan-kawan untuk salat, entah apa lagi cerita yang disampaikan kepadaku.. Diantara cerita yang mencengangkan adalah, jelang meninggalkan sekolah untuk kekantor camat Lubuk Basung rekam KTP, Wildan menyalami kawan-kawan jurusan IPS sebanyak empat kelas dan kemudian pergi sambil melambaikan tangan , daaag... Wildan Pai Lai Yo....!, Ternyata Wildan tidak pergi begitu saja, dia pamit baik-baik, termasuk dengan aku ayahnya, setiap selesai salat jamaah sebagaimana biasanya, tanganku dicium dan aku membalas dengan mencium kepala sambil memeluk tubuh mungilnya. Namun dua minggu terakhir pelukanku dibalas Wildan dengan pelukan yang penuh arti, terasa nyaman di hati ini... Wildan sayang.. ayah dan umi sangat ikhlas nak.. Allah pasti lebih sayang padamu....,Selamat Pulang Pemuda Sorga, lambain tangan ribuan? atau ratusan pelayat melepasmu bak seorang mulia nak...Sampai Jumpa... Ayah, Umi, Yaya merinduimu,, tunggu kami ya...? Syahidmu akan me lempangkan jalan semua , saudara, keluarga, sahabat, guru, semua orang yang bersimpati padamu menuju Haribaan Allah..Amiiin... Ya Rabbal aalamin..
Top of Form
Like ·  · Share · November 19 at 11:33am · 

Bottom of Form

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar