Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Wanita tua dalam gubuk reot

Bukan, ini bukan cerita fiksi tentang penyihir jahat yang gemar memangsa anak-anak. Ini hanyalah sebuah kisah nyata, secuil dari kenyataan sekitar kita.

Seorang nenek terbaring, lemah di gubuk kayu miliknya. Sepotong kain sarung usang menutupi sebagian kecil auratnya. Ah, bagi nenek setua itu hukum aurat tidak berlaku lagi baginya.

Sesaat setelah mataku bersirobok dengan nenek itu, sejenak aku melihat sekitar. Rumah ini hanya terdiri dari 1 ruangan tidak bersekat. Sebuah kasur kapuk tua yang sudah tipis dan terlipat. Sepertinya itu bukan milik si nenek, dia terlihat tidur dengan bantal luar biasa kumal yang menyangga kepalanya sekarang. Beberapa teko dan gelas plastik tergeletak 2 meter dari nenek tadi. Beberapa lemari tua tampak di sudut rumah, dan sebuah pintu di bagian belakang rumah langsung menuju ke halaman luar. Rumah ini jelas bukan rumah tanpa jendela, ada 2 bilah papan yang didesain sebagai jendela namun tidak digunakan sebagaimana fungsinya. Nenek tua itu pasti tak sanggup dan siapapun yang tinggal dengannya nampaknya juga tidak peduli untuk membuka jendela.

Ini kali kedua aku kesini,  kali pertama aku menemukannya terbaring kesakitan dengan kaki, dan perut yang membengkak. Duhai gusti, pasien dengan gagal jantung seperti ini harusnya sudah dirawat di rumah sakit. Namun yang menjadi masalah adalah tidak ada yang bisa menemaninya saat dirawat, meskipun pemerintah bisa mengratiskan biaya, siapa yang akan menjaganya dI rumah sakit?

Kali ini saat aku kunjungi kondisinya nenek sudah baikan namun tetap saja masih ditemukan pembengkakan di kedua kakinya, meski sudah berkurang dari 1 minggu sebelumnya. Kagetnya, tangan kiri si nenek bengkak maksimal. "Lah ini kenapa? Kok tetiba eden lokal begini?" Usut punya usut nenek ini dengan santainya mengatakan kalau dia digigit kaki seribu beberapa hari yang lalu saat membersihkan sampah.

Membersihkan sampah? Dengan kondisi begini? Namun mau bagaimana lagi tidak ada anak cucu yang mampu mengurus orangtua yang sudah mengurus mereka hingga dewasa. Bagaimana jika itu nenek saya? Atau ibu saya? Atau diri saya sendiri kelak, ya Allah. Hanya berdecak miris dan kasihan  tidak dapat membantu apa-apa. Untungnya hidup di kampung beberapa tetangga masih dapat membagi rizki mereka sekedar untuk makan si nenek. Untuk urusan menemani di bangsal rumah sakit ketika nenek ini harus dirawat tentu saja merupakan permasalahan yang berbeda.

Menghubungi panti sosial mungkin adalah keputusan yang terbaik, meski belum dicoba semoga nenek ini bisa mendapatkan yang terbaik #hosh

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tarusan Kamang, si Danau Labil

Sekilas foto diatas hanya tampak seperti 2 gadis narsis, lagi foto di danau duduk diatas rakit reot plus abang-abang tukang rakit yang sok-sok an candid. Terlihat sangat biasa bukan?

Yang luar biasa adalah danaunya, danau di daerah Tilantang Kamang, kab. Agam Sumatera Barat ini baru muncul 1 bulan yang lalu sebelum kami bertandang kesana. Ya danau ini memang sangat labil untuk ukuran danau. Dalam waktu yang tidak bisa diprediksi sebuah dataran cekung yang tiba-tiba diisi oleh air. Menurut warga setempat, sebelum cekungan yang awalnya hanya padang rumput luas ini berisi air terdengar suara gemuruh seperti guntur dari bebatuan di bawah bukit dan kemudian perlahan tapi pasti danau akan cekungan tadi akan terisi membentuk danau yang luas. Kapan air nya surut dan kapan munculnya belum ada yang benar-benar meneliti. Namun setiap danau ini muncul biasaya banyak ikan yang mulai berhabitat disana. Akhirnya masyarakat setempat membuat kolam-kolam ikan di tanahnya masing-masing yang berada di cekungan danau dan dengan kearifan lokalnya ikan manasaja yang berakhir di kolam seseorang maka ia akan diklaim sebagai milik empunya kolam.

Meski sudah mulai dikelola oleh pemerintah, danau ini masih terlihat 'sangat alami' alias masih banyak aspek yang perlu di perbaharui agar tempat ini menjadi lokasi wisata yang lebih nyaman.

Sedikit mengenai danau bermuka dua di tarusan kamang ini, meski bukan bidang saya tapi jaman sekarang ini internet cukup menjelaskan secara kasar mengenai asal muasal sebuah danau. Danau ini merupakan danau karst, yaitu danau yang terbentuk dari bebatuan kapur. Biasanya batu kaput ini akan tergerus oleh hujan dan membentuk sungai-sungai kecil dan kemudian menjadi danau. Biasanya bebatuan kapur mudah ditemukan di wilayah pantai atau pegunungan kapur.

 Yang menjadi keunikan dan danau karst di tarusan kamang ini karena setelah ada yang meneliti (akhirnya ada juga yang meneliti , memang ya wilayah pelosok di nusantara ini masih banyak yang belum terekspos. Terimakasih kepada sosial media dan internet), danau ini terhubung langsung dengan sungai-sungai bawah tanah.

Setiap mendengar kata sungai bawah tanah selalu terbayang pelajaran geografi mengenai lapisan-lapisan bumi. Pernah nonton film Sanctum? itu lho film ttg ekspedisi sebuah gua di papua yang terhubung dengan sungai bawah tanah dan ternyata mempunyai jalur kelas lepas. Jadi menurut saya fenomena danau labil yang hilang timbul dan terhubung dengan sungai bawah tanah itu keren. Menurut anda?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Anak-anak, enggrang dan rel kereta api.

Suatu sore di sudut kota Padang, langit sudah mulai menunjukkan keanggunan warnanya. Semburat merah, oranye, biru, putih membaur menunjukkan warna masing-masing. Lalu lintas sibuk, hari ini sabtu sore, sebagian dari mereka bergegas mengemasi diri bersiap untuk akhir pekan yang tertunda, sebagian lagi memang sedang menikmati akhir pekan disini, entah karena mereka memang penduduk daerah ini atau hanyalah menggunakan jalan yang sama seperti saya. Bus yang saya naiki bergerak pelan.  Manusia sibuk lalu lalang, isi kepala mereka seperti penuh dengan pikirannya masing-masing.  Diantara kesibukan sore itu 5 orang anak berjalan beriringan menyusuri rel. Setiap mereka memegang tali dengan batok kelapa diujung nya. Enggrang. Ya mereka membawa enggrang sederhana buatan sendiri. Sudah lama saya tidak melihat alat seperti itu setelah pemandangan anak dan remaja duduk diam menatap gadget sudah menjadi pemandangan biasa yang membosankan, siluet 5 orang anak ini begitu menarik.  Lima orang anak yang berjalan beriringan, postur mereka menunjukkan bahwa mereka sedang asik berbincang. Bagaimana rel kereta disore hari membuat mereka seakan-akan berada di tengah frame, yang dibingkai oleh warna warni langit yang menawan. Berharap dapat membekukan momen ini dalam bentuk digital, bus sudah terlanjur melaju.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

when universal coverage does not cover universally (part 2)

"karena DBD sudah masuk ke kategori KLB, dok", jawaban perawat setiap pertanyaan serupa terlontar.


dalam daftar list penyakit yang tidak ditanggung JKN, kejadian luar biasa, bencana alam, dan kecelakaan lalu lintas memang tidak termasuk dalam 'jaminan' yang dijanjikan. pemberlakukan sistem jaminan kesehatan ini bersifat wajib dan dipaksakan untuk semua warga negara, namun sepertinya sosialisasi tentang keuntungan dan kerugian penggunaannya masih belum jelas. Masyarakat sebagai konsumen harus tahu sesakti apa kartu dengan lambang BPJS di tangan mereka, dan apa batas kekuatannya, begitu juga tenaga kesehatan. Memaksakan tenaga kesehatan untuk terus melakukan tugas mereka tanpa tahu apakah jasa dan waktu yang mereka berikan dapat menjamin kehidupan keluarga mereka.

Sebagai tenaga kesehatan saya sendiri termasuk pro terhadap bpjs. Bagi sebagian besar pasien dengan penyakit kronis menahun, yang memerlukan pengobatan rutin, atau pemeriksaan laboratorium komprehensif yang seyogyanya menggali kocek lebih dalam BPJS tentu sangat membantu.  Atau pasien gawat darurat yang datang ke fasilitas yang tepat, keberadaan BPJS kesehatan sebagai insurance is assurance enough.
Diluar semua kekurangan sistem,  manajemen, kerempongan administrasi, dan kesenjangan dana besar harapan saya agar bpjs ini dapat tumbuh dari berkembang menjadi lebih baik, membuat warga negara nya merasa aman saat mereka harus sakit kapan saja,  Semoga. ..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

When universal coverage does not cover universally (part 1)

Katanya, di negaraku ditargetkan agar semua warganya mempunyai asuransi kesehatan. Negara tercintaku yang masih dalam masa tumbuh kembang ini ingin mengikuti langkah negara maju. Negara yang bisa memberikan rasa aman ada warganya saat mereka harus sakit. rasa aman dari biaya rumah sakit dan rasa aman dari diterlantarkan oleh fasilitas kesehatan karena tidak mempunyai jaminan.
Untuk hal itu diperlakukanlah BPJS, badan penyelenggara jaminan sosial, mereka mengadakan program JKN yang merupakan program Jaminan Kesehatan Nasional. Wow, bayangkan mereka menjamin kesehatan secara nasional, yang berarti semua warga negara terdaftar akan dijamin kesehatannya. Sebuah langkah besar bagi negara yang masih berkembang. Tak apa, negara ini sudah resmi berdiri sejak 1945, tidak salah jika kita berusaha mencoba menjadi lebih baik lagi.
Karena JKN merupakan sebuah program asuransi, maka ditetapkanlah iuran perbulan. Disediakan 3 kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing. setelah membayar iuran warga negara akan diberikan kartu dengan lambang BPJS dan JKN yang di cetak diatas kertas HVS. Pemerintah memberikan tunjangan kesehatan pada pegawai sipil berupa Askes yang sekarang telah disatukan dengan BPJS, kartu askes lama masih dapat digunakan karena nomor kartunya telah diintegrasikanpada BPJS. Pemerintah juga memberikan jaminan kesehatan bagi yang tak mampu untuk bayar iurannya berupa Jamkesmas, Jamkesda, Jamkespral semua nya digabungkan dalam satu badan penyelenggara yaitu BPJS. BPJS mengeluarkan kartu saktinya berupa KIS alias kartu indonesia sehat bagi yang tak mampu. Harus diingat, untuk mendapatkan KIS ini anda harus terdaftar sebagai warga miskin di kelurahan setempat dan mempunyai surat miskin. Hubungan yang tidak baik dengan ketua lurah dapat mengakibatkan kehilangan akal saat dokter memvonis anda mengidap penyakit yang membutuhkan biaya besar.
Dengan semua kartu sakti itu, masyarakat mengira terjaminlah mereka dalam urusan kesehatan, setiap harus berkunjung ke rumah sakit.
“Maaf Pak, apakah anda mempunyai rujukan dari puskesmas atau dari dokter keluarga yang terdaftar di BPJS anda?” 
Pasien kebingungan ketika ia berobat ke rumah sakit di daerahnya, berharap mendapat pengobatan langsung dari dokter spesialis menggunakan jaminan kesehatan yang mengklaim akan menjamin biaya pengobatannya. Namun apa lagi ini? Surat Rujukan?
Sistem rujukan bertingkat ini sejatinya bukanlah program BPJS, hanya saja ketika sistem ini diberlakukan BPJS juga mulai diperkenalkan, sehingga mereka menjadi terintegrasi satu sama lain. Sejatinya sistem rujukan bertingkat ini berfungsi untuk menguntungkan semua pihak. Sebelumnya rumah sakit tipe A, lebih serupa dengan puskesmas raksasa. Ketika orang dengan batuk pilek biasa ingin diobati oleh dokter penyakit dalam dengan subspesialis mikrobiologi molekuler. Ketika pasien dengan demam dengue berebut ruang rawat dengan pasien penyakit ginjal kronis dengan gejala akut, rumah sakit sebesar itu akan menjadi overload. Saat itu sudah menjadi pemandangan biasanya ketika di lobi rumah sakit dipenuhi pasien yang terbaring diatas bed menunggu bed kosong di bangsal, litterally mereka di rawat inapkan di lobi rumah sakit, tanpa terdaftar sebagai pasien, tidak divisite oleh dokter atau dikontrol kondisinya oleh perawat. Hal seperti itu hanya menjadikan rumah sakit semakin ‘sakit’
Di sisi sebaliknya sistem ini menuntut dokter layanan primer untuk menjadi lebih terampil menangani kasus sesuai dengan kompetensinya dan juga diminta untuk lihai merujuk pasien diluar kompetensinya sesuai dengan spesialiasi yang dituju. Menangani pasien yang diluar kompetensinya berarti tidak ada jaminan biaya dari BPJS, merujuk pasien dengan diagnosis yang harus selesai di tangan dokter umum membuat RS yang menerima tidak akan mendapatkan klain atas pasien yang dirawatnya
“Dok, mulai bulan April ini pasien dengan diagnosis deman dengue tidak mendapat klaim BPJS” kabar buruk dari perawat ruangan. Jika pasien dengan DB tidak dirawat di RS tipe C dimana mereka akan dirawat? di puskesmas yang tidak semuanya mempunyai fasilitas rawat inap? di RS tipe D yang sama sekali tidak ada, atau tidak menerima pasien BPJS karena mereka merupakan RS swasta yang tidak mau dibuat bankrut oleh BPJS. Atau sudahkan BPJS memberikan pelatihan pada warga negara ini untuk melakukan cek trombosit, HB dan hematrokrit  mandiri secara berkala dan melakukan resusitasi sendiri apabila terjadi syok?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS