Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Corona, Tenaga Medis, dan Terserah

Assalaamu'alaikum...


Menuju 3 bulan pandemi apa yang terjadi? Banyak hal tentunya seperti kebanyakan wabah pada umumnya mulai dari was-was kemudian ketakutan terkena wabah disusul dengan kenaikan harga pangan disusul dengan kemunduran ekonomi, kehilangan lapangan kerja, tekanan lahir akibat kebutuhan pokok yang tak terpenuhi dan mental akibat karantina yang belum nampak ujungnya. Eit's tapi ini hanya sudut pandang dari pihak yang terkena efek tak langsung dari pandemi kalau ditilik dari sisi kesehatan. Belum termasuk dari sudut pandang pasien yang terinfeksi berat.

Kenapa akhirnya saya menulis ini? sedikit tergelitik setelah banyak warga yang protes mengenai tagar #indonesiaterserah yang sempat viral diprotes untuk banyak kalangan, dan lebih malu lagi ketika ada warga yang mengaku orang Padang (karena saya juga warga Padang kota Tercinta) menyumpahi tenaga medis menyuruh mereka tidak usah kerja daripada mengeluh meski sudah digaji. 

Saya yakin gak sedikit nakes yang andaikata bisa memilih, mereka rela tidak digaji asal diijinkan tidak bekerja hingga pandemi berakhir. Tapi itu bukan lah perihal mudah, karena mencari tenaga profesional yang bisa beradaptasi dengan lingkungan RS dalam waktu dekat bukan hal mudah dan gak mungkin juga posisi nakes itu dibiarkan kosong barang sehari saja. Selain itu tentu saja para dokter seyogyanya sudah memahami resiko pekerjaan mereka sejak pertama kali duduk di bangku kuliahan. Toh selama ini dokter bukannya bekerja tanpa resiko tak sedikit yang tertular TB-MDR, Hepatitis, HIV, atau sekedar batuk pilek biasa karena pekerjaaannya.

Tapi wabah ini penyebarannya cepat sekali mesti diklaim mempunyai angka keparahan yang rendah tapi tetap saja dengan penyebaran seperti itu kematian massal bukan hal yang tak mungkin. Karena ini adalah perang dimana semua elemen harus ikut turut andil dalam memutus rantai penyebaran sambil terus berusaha menjalankan sektor penting untuk tetap bertahan hidup dalam lingkup negara atau sekecil lingkup keluarga sendiri.

Kalau diibaratkan di medan perang, lagi diwanta wanti jangan keluar rumah ada musuh yang bersembunyi, eh malah ada yang kelayapan karena bosan. Tentu saja berbeda dengan yang terpaksa keluar karena ada perut yang harus diisi, kontrakan yang harus dibayar dan alasan lainnya tapi tentunya berkeliaran di wilayah perang harus mengikuti protokol keamanan.

keula.. keula sakedap..
Jadi, maksud Indonesia terserah itu apa sih?  Pernah gak ke rumah sakit trus disarankan rawat inap trus ngotot mau pulang, kemudian dokter mengizinkan pulang setelah diberi penganyaan mengenai resiko penyakit dll. Nah bahasa lain nya mah TERSERAH.... kalau mau pulang monggo tapi ini lho resikonya. Trus pasien balik nanya 'Boleh balik ke sini lagi gak, Dok?' dan dokternya jawab. 'Boleh silahkan pintu kami selalu terbuka

Bayangkan kalau pasien tersebut menderita corona dan ngotot pengen pulang. dan kalau balik lagi bawa keluarga semua positif sedangkan dokter gak punya APD cukup buat menangani sah-sah aja loh nakes tanpa APD memadai tidak ikut menangani pasien. Kenapa? karena itu sama aja nyuruh emak-emak ngaduk gorengan tapi gak dikasih sutil. Masuk akal gak? Tapi nyatanya banyak gak sih nakes saat ini yang APD nya gak lengkap? berani-berani aja tuh megang pasien. Salut untuk mereka. Bahkan dalam SOP penyelamatan pasien aja poin pertama nakes harus memastikan keselamatan diri sendiri (kemudian) pasien. Karenanya disebut pahlawan mungkin tidak terlalu berlebihan meski mereka hanya pakai jas hujan dan sepatu boots, bukannya palu thor atau pun jubah superman. sisi lain hal ini akan memberikan dampak jangka yang lebih luas apabila nakes tumbang dan regenerasi nakes baru tidak secepat pertumbuhan pasien dan sistem kesehatan collaps kekurangan SDM. Simalakama kan? ditolong salah kalau gak pakai APD dan gak ditolong mana tega melihat pasien eungap sedang alat bantu nafasnya tersedia.

Jadi kenapa terserah? ya itu bebal gak bisa dibilangin kalau bukan untuk urusan perut, bukan buat bayar kontrakan cuma sekedar beli baju lebaran atau nongkrong temu kangen masih keluar. Ya terserah... ntar gimana wabah berakhir yang pasti nakes masih standby kok ditempatnya selama masih kuat berdiri dibalik gerahnya baju astronout itu. 

Kondisi saat ini memang membuat senewen karena banyak sektor yang terimbas apalagi mereka-mereka yang mengais rejeki di jalanan apakah itu sebagai driver, penjual asongan atau karyawan PHK yang sekarang kebingungan dengan apa perut hendak diisi. Mungkin nakes yang sibuk di RS itu tidak mencemaskan keluarganya kelaparan karena mereka masih mendapatkan pekerjaannya, tapi mereka juga bekerja dibawah kelaparan akibat tidak bisa makan minum dan buang air selama menggunakan baju khusus itu, dengan bayang-bayang kematian karena berinteraksi dengan virus secara langsung, sambil menahan rindu pada keluarga mengharapkan pandemi segera berakhir. Warga yang kehilangan pekerjaan mencemaskan bagaimana agar kompor dapat menyala bagaimana agar tidak ada anak-anak mereka yang menderita karena kelaparan mengharapkan pandemi segera berakhir..

Jadi.. plis atulah.. jangan saling hujat.. karena semuanya adalah korban dari pandemi ini dan berharap agar segera berakhir. Kalau jengah dengan postingan nakes yang terkesan mengeluh padahal dalam hati berteriak pengen mengeluh juga, silahkan mengeluh asalkan jangan saling mencaci maki, membandingkan betapa hidup orang lain masih lebih enak dari hidup kita sendiri. Karena setiap orang mempunyai medan perang masing-masing. 

Every one fight their own battle.
 



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar