Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Taman ilmu di kaki bukit pinggiran kota

Beberapa hari lalu iseng ngutak ngatik timeline sendiri di fb. Ini nih manusia dengam tingkat ke kepoan hampir mencapai 0, jangankan stalking timeline orang lain.. timeline sendiri aja gak disentuh2. Akibatnya banyak pertanyaan, ucapan selamat.ulang tahun dan tulisan2 lain yang mampir ke blog dan membutuhkan jawaban terabaikan begitu saja. Saat sadar hal itu tentu aja merasa bersalah, selain ucapan selamat ulang tahun yang tidak dibalas, apalagi salah satunya dari guru ya jaman sma dulu yang udah banyak banget ngebantu yaya dalam extrakurikuler S3I dulu.
Dan satu lagi komentar dari seorang yang mampir ke dinding akun yaya, sempat membuat neurotranmitter menyampaikan sebuah informasi dalam waktu seperrrrr milidetik. Membuat bayangan2 memori kenangan 8 tahun silam.
 
Setelah 3 bulan mendulang kehidupan di Sekolah Menengah Atas negeri dekat rumah, yang deketnya bikin pengen pulang tiap istirahat yang cuma 15 menit, Ya 'disarankan' untuk pindah ke pesantren. Kata ummi bocah kurus baru lulus SD itu gak mau buat dipesantrenin pada awalnya. Dan sampai sekarang gak ingat apa ya bener2 mau masuk pesantren atau dihipnotis sama ummi, saking blank nya saat itu.

Saat dibarang2 ya dipack ke koper, kayak hampir semua isi kamar ya dipindahin ke koper itu yang akhirnya gak muat di lemari pesantren yang ukurannya segede kulkas satu pintu yang waktu itu tingginya cuma sedagu. Atau saat belanja kebutuhan sehari2 di supermarket, satu trolli penuh buat sendiri hal yang sebelumnya gak pernah terjadi. atau saat masuk asrama yang ruangannya dipenuhi kasur, lemari dan anak2 tak dikenal. Dan kesadaran baru sudi balik ke dalam pikiran saat ekor mobil menjauh dengan yaya yang hanya melihat sendiri dengan ustazah yang sebelumnya pernah ya kenal sebagai murid ayah, tapi tetap saja gak ya kenal sebelumnya. Semua yg pernah diasramain atau ngekos ditempat yang jauh dari rumah tanpa kenal.seorangpun disana, dan saat itu mata ya sempat berkaca2 menahan air mata yang entah kenapa memberontak ingin keluar dan beberapa hari kemudian menyesal sempat berkaca karena diketawain ustazah ketika ditelpon ayah.

Aneh... bener2 serasa orang asing disana. semuanya berbahasa indonesia, padahal biasanya ya pake bahasa minang sehari2 dan senior2 menggunakan bahasa gado2 arab inggris. aneh saat mendengar salawat yang dilantunkan oleh suara2 cempreng anak SMP.
Saat berjalan kemesjid yang pastinya dipenuhi oleh santri bermukena lengkap  melantunkan tilawah, menambah atau mengulang hapalan dengan suara yang keras, seperti yang disarankan oleh Pak Haji, pemimpin ponpes yang baik dan tegas. Profil beliau persis seperti pak haji di komik2, berkopiah berjanggut putih dengan setelan koko berwarna putih lengkap denga sarungnya.

Kelas dimulai setelah ceramah sehabis shubuh selesai, dengan mukena, alquran dan wajah pagi yang ngantuk kita berjalan setengah ngantuk ke ruang kelas. Masih sangat pagi lho saudara2 bahkan terkadang langit masih menyimpan bintang karena matahari masih terlelap.

Setiap pagi memang selalu ada kelas tambahan, seperti belajar percakapan dalam bahasa arab, muhadarah, tahfiz, atau sekedar disemangati secara langsung oleh pak haji. Kadang ketika kami usil dan lagi ngantuk, semua santri tidur dikelas, menutup pintu dan mematikan lampu seolah2 kelas masih kosong pagi itu. dan taktik itu selalu gagal.

Oh ya dipesantren santri perempuan dipisahkan dengan laki2. panggillannya santriwati dan santriwan. Kita gak pernah bertemu kecuali saat acara milad ponpes yang diadakan sekali setahun di salah satu.gedung pertemuan di Padang.
Jadi baik itu ruang kelas, laboratorium biologi, komputer, perpustakaan, kantin, disediakan terpisah dan mesjid hanya mesjid yang digabung tetapi dihijab 2.5 meter.

Saat Yaya masuk kita sekelas berjumlah 12 orang dan suasana dalam kelasnya menyenangkan. Karena setiap kita saling mengenal satu sama lain seperti saudara bahkan dengan ustadz ustadzah pun kita dekat seperti kakak adek. Tidak ada suasana mencekam dengan guru killer yang y temukan di SMA.
Masa' di hari pertama sekelas ngambek sambil munggungin ustadznya selama beberapa detik karena protes Yaya banyak ditanya2 sebagai anak baru.

Dipesantren gak ada senioritas kyak sekolah lainnya. kita tetap hormat, tapi persis seperti pada saudara perempuan kandung, juga bisa berantem seenaknya. Di pesantren itu kayak gak ada beban. Tergambar dari wajah ceria anak2nya, canda tawa mereka. Dan hal itu baru ya sadari ketika bertemu lagi setelah berpisah 3 tahun di walimatul 'ursy seorang kakak kelas di pesantren.

Setiap sore ada muhadarrah berbahasa inggris atau arab. Suatu hal yang meski saat pelaksanaannya tidak terlalu menyenangkan, baik sebagai yang muhadarrah atau yang mendengarkan bagi saya yang gak hobi duduk tenang dan mendengarkan dalam waktu yang lama tapi saat udah gak dipesantren lagi manfaatnya kerasa  banget, misalnya saya jadi lebih biasanya ngomong didepan umum dll deh.
Malamnya sehabis maghrib. Kegiatan dilanjutkan seperti sehabis shubuh sampai waktu isya' masuk. setelah isya' kegiatan mandiri dan lampu dipandamkan pada jam 9.30 dan esoknya hari kemnbali dimulai pada.jam 4 pagi.

Semuanya diatur kecuali pada hari minggu yang paginya goro dulu dilanjutkan dengan kegiatan ekstra biasanya sih menjahit yang prosesnya lamanya kebangetan dr bikin pola sampai selesai pakaiannya udah kekecilan karena saking lamanya.
Semua rutinitas itu menyenangkan bagi saya. Meski banyak yang menyebut nya sebagai penjara suci saking terkurungnya, terpencil di kaki bukit pinggiran kota ( kalo kata teman2 SMA ) dan gak bisa kemana2. Ya sama sekali tidak terpenjara, karena sejujurnya disana jiwa ya bebas, masih banyak hal yang masih ingin saya ketahui di setiap sudut tanah pesantren yang berhektar-hektar itu.

Sabbihisma Rabbikal a'la, Sucikan nama Tuhanmu yang maha tinggi. Semua pengalaman itu terlalu berharga untuk dilupakan. Disana saya belajar tentang pencipta saya, mendalami alquran dan bahasanya, mempelajari manusia dan prilakunya, mengenal alam yang luar biasa. Atas semua itu meski belum ada tulisan tentang pesantren disini ya gak akan pernah lupa pengalaman 2.7 tahun disana.
 
Terkhusus buat sahabat2 ponpes, lewat tulisan ini Yaya kirimkan  terima kasih, salam rindu dan kenangan yang terbentuk dibalik pagar pondok pesantren di kaki bukit itu.

Published with Blogger-droid v2.0.9

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar