Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Koas anak- TAK TERGANTIKAN #1


Satu hal yang mungkin saat itu hilang dari perhatian para petugas yang sibuk lalu lalang di IGD. Selain pasien yang pastinya pusat perhatian di ruangan itu, para dokter yang sibuk dengan statusnya, para koas yang lalu lalang entah ngapain, para perawat yang bolak-balik ngeinfus, dan petugas lainnya. Ada orang tua pasien (oh ya stase pertama saya di departemen anak, jadi ini ceritanya lagi di IGD anak). Ada beberapa orang tua yang masuk dengan anaknya pada senin pagi, masih ada ketika malamnya saya jaga malam, besoknya ketika lagi di divisi emergensi orang tuanya masih ada disamping anak mereka yang masih dalam kondisi gawat darurat.

Para dokter boleh bergadang, bertanggung jawab untuk tetap terjaga malam itu, memastikan mereka melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan profesi mereka. Para dokter boleh merasa sangat lelah karena tugas mereka menumpuk sangat banyak, boleh jadi mereka kehabisan energi, karena memikirkan diagnosis dan tindakan yang akan dilakukan untuk pasien, boleh jadi mereka stres karena kehidupan pribadi mereka yang terganggu karena hampir 72 jam di rumah sakit. Tapi ada apa dengan orang tua pasien. Mereka mungkin tidak perlu memikirkan apa-apa yang berhubungan dengan teori macam-macam penyakit. Tidak ada yang memaksa mereka untuk tidak tidur. Tapi apakah mereka dapat tertidur meski dipaksa? Meski mereka tertidur akankah mereka tertidur dengan nyenyak? Mereka mengabaikan rasa lelah  dan tetap bertahan disamping tempat tidur anak mereka. Menenangkan anaknya saat ia rewel karena rasa sakitnya dan berharap agar rasa sakit itu dapat dipindahkan pada mereka, agar anaknya tidak lagi merasakan sakit. Saat dokter memperhatikan semua selang dan alat-alat yang menempel pada tubuh pasien, orang tua hanya akan memperhatikan hela nafas anaknya yang berat dan merasakan sakit dibalik dadanya melihat perjuangan anaknya yang menyakitkan.

Lelah memang tapi tak ada yang mengalahkan lelah lahir batin orang tua pasien. Menyaksikan pemandangan seperti itu, tiba-tiba terbayang anak yang sudah sehat, beranjak dewasa dan kemudian memilih untuk tidak mendengar kata-kata orang tuanya, melupakan pengorbanan orang tuanya saat menemani mereka yang sakit di masa lalu. Semoga di masa depan, anak-anak yang terbaring sakit di ranjang IGD hari ini, atau yang berhari-hari terbaring lemas di bangsal rawat inap, tetap mengingat pengorbanan dan kasih sayang ayah ibu mereka, semoga.

#p.s terima kasih ayah, ummi untuk setiap energi ekstra yang dihabiskan ketika saya saya sakit :’)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar